REPUBLIKA.CO.ID, SANAA – Duta Besar Arab Saudi untuk Yaman Mohammed Al-Jaber mengonfirmasi kabar tentang adanya pembicaraan gencatan senjata antara delegasi negaranya dan kelompok milisi Houthi. Delegasi Oman turut serta dalam pembicaraan tersebut.
“Saya mengunjungi Sanaa (ibu kota Yaman) bersama dengan delegasi dari persaudaraan Kesultanan Oman untuk menstabilkan penghentian pertempuran dan gencatan senjata,” tulis Al-Jaber lewat akun Twitter resminya, Senin (10/4/2023), dikutip Al Arabiya. Cuitan Al-Jaber menjadi komentar resmi pertama dari otoritas Saudi tentang perjalanan tersebut.
Al-Jaber mengungkapkan, dia juga ingin mendukung proses pertukaran tahanan dan mengeksplorasi tempat dialog antara para perwakilan di internal Yaman guna mencapai solusi politik yang komprehensif dan berkelanjutan. Sebelum Al-Jaber mengonfirmasi perjalanannya ke Sanaa, media Houthi, pada Ahad (9/4/2023), telah terlebih dulu mempublikasikan foto dirinya tengah bersalaman dengan pemimpin Houthi, Mahdi al-Mashat.
Seorang sumber di pemerintahan Yaman mengungkapkan, Saudi dan Houthi pada prinsipnya sudah menyetujui gencatan senjata baru selama enam bulan. Hal itu guna membuka jalan bagi pembicaraan tentang proses “transisi” di Yaman yang ditargetkan selama dua tahun.
Saudi mulai bergerak untuk mengakhiri konflik Yaman sejak menyepakati pemulihan hubungan diplomatik dengan Iran. Wall Street Journal dalam laporannya 16 Maret lalu mengungkapkan, Iran telah setuju menyetop pasokan senjata Houthi di Yaman. Hal itu karena sudah tercapainya kesepakatan rekonsiliasi dengan Riyadh. Informasi itu diperoleh Wall Street Journal dengan mengutip sejumlah pejabat Saudi dan Amerika Serikat (AS).
Dalam laporannya Wall Street Journal mengungkapkan, Iran akan mendesak Houthi mengakhiri serangannya terhadap Saudi. Masih mengutip sumber-sumber yang sama, Wall Street Journal mengatakan, jika Iran berhenti mempersenjatai Houthi, hal itu dapat menekan kelompok tersebut untuk mau berunding serta mengakhiri konflik di Yaman.
Konflik di Yaman secara luas dilihat sebagai perang proksi antara Saudi dan Iran. Perang di sana mulai berkecamuk sejak kelompok pemberontak Houthi mengambil alih kontrol ibu kota Sanaa pada September 2014. Houthi disebut memperoleh dukungan dan sokongan dari Iran.
Pada 2015, Saudi memimpin koalisi untuk melakukan intervensi militer di Yaman dan memberikan? dukungan pada pasukan pemerintah. Saudi memang memiliki kekhawatiran terhadap Houthi. Ia memandang kelompok pemberontak itu sebagai ancaman terhadap keamanannya. Houthi memang telah beberapa kali melancarkan serangan udara dan drone ke Saudi. Itu menjadi respons mereka terhadap intervensi militer Riyadh di Yaman.
Konflik Yaman masih berlangsung hingga kini. Menurut PBB, perang di negara tersebut telah merenggut 223 ribu nyawa. Dari 30 juta penduduknya, 80 persen di antaranya kini bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup. PBB telah menyatakan bahwa krisis Yaman merupakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.