REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemerintah Rusia membantah kabar yang menyebut Presiden Vladimir Putin secara pribadi menyetujui penangkapan jurnalis Amerika Serikat (AS) Evan Gershkovich. Otoritas Rusia telah menangkap jurnalis yang bekerja untuk Wall Street Journal itu dengan tuduhan spionase.
“Tidak, (penangkapan) ini bukan hak prerogatif presiden; dinas keamanan melakukan itu. Mereka melakukan pekerjaan mereka,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov saat membantah kabar tentang campur tangan Putin dalam penangkapan Gershkovich, Kamis (13/4/2023).
Bloomberg adalah media yang menerbitkan laporan tentang adanya persetujuan pribadi Putin atas penangkapan Gershkovich. Bloomberg mengutip beberapa sumber yang mengetahui tentang kasus tersebut.
Sementara itu Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov telah menegaskan sikap Moskow soal kemungkinan pertukaran tahanan dengan AS. “Masalah pertukaran siapa pun hanya dapat dipertimbangkan setelah pengadilan memberikan putusan atas dakwaan apa pun. Untuk pertukaran, kami memiliki saluran khusus untuk ini, layanan keamanan terlibat dalam hal ini dan mereka akan terus menangani masalah ini,” kata Ryabkov, Kamis lalu.
Pada Selasa (11/4/2023) lalu, Presiden AS Joe Biden mengatakan, penangkapan dan penahanan Gershkovich adalah tindakan yang benar-benar ilegal. Biden telah menyampaikan kepada keluarga Gershkovich bahwa dia berusaha membebaskan jurnalis berusia 31 tahun tersebut.
Gershkovich ditahan saat melakukan perjalanan pelaporan di kota Ural Yekaterinburg. Dia diyakini menjadi jurnalis Barat pertama yang ditangkap atas tuduhan mata-mata sejak runtuhnya Uni Soviet. Saat ini Gershkovich ditahan di penjara Lefortovo Moskow.
Baik Gershkovich maupun Wall Street Journal telah membantah tuduhan mata-mata yang dilayangkan Rusia. Sejak mengetahui Gershkovich ditangkap, Departemen Luar Negeri AS segera berusaha mencari akses kekonsuleran. Keterlibatan dalam aktivitas spionase dapat diganjar hukuman maksimal 20 tahun penjara di Rusia.
Gershkovich telah ditugaskan di Rusia selama enam tahun. Dia tetap berada di sana saat banyak jurnalis Barat memutuskan angkat kaki dari Rusia pasca dimulainya perang di Ukraina.