Kamis 13 Apr 2023 12:57 WIB

ASEAN Kutuk Keras Serangan Udara Militer Myanmar di Sagain

Serangan udara tersebut menewaskan puluhan warga sipil.

Foto yang disediakan oleh Kelompok Aktivis Kyunhla ini menunjukkan setelah serangan udara di desa Pazigyi di Kotapraja Kanbalu, Wilayah Sagaing, Myanmar, Selasa (11/4/2023). Saksi dan laporan media independen mengatakan puluhan penduduk desa di Myanmar tengah tewas dalam serangan udara dilakukan Selasa oleh pemerintah militer negara Asia Tenggara itu.
Foto: Kyunhla Activists Group via AP
Foto yang disediakan oleh Kelompok Aktivis Kyunhla ini menunjukkan setelah serangan udara di desa Pazigyi di Kotapraja Kanbalu, Wilayah Sagaing, Myanmar, Selasa (11/4/2023). Saksi dan laporan media independen mengatakan puluhan penduduk desa di Myanmar tengah tewas dalam serangan udara dilakukan Selasa oleh pemerintah militer negara Asia Tenggara itu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mengutuk keras serangan udara baru-baru ini yang dilaporkan dilakukan Pasukan Bersenjata Myanmar di Desa Pa Zi Gyi di Kota Kanbalu, Sagain, Myanmar. Dalam insiden tersebut, sedikitnya puluhan warga sipil tewas.

"Segala bentuk kekerasan harus segera dihentikan, terutama yang menggunakan kekuatan terhadap warga sipil," kata ASEAN dalam pernyataan resmi.

Baca Juga

Menurut Pernyataan Ketua ASEAN itu, penghentian kekerasan akan menjadi satu-satunya cara untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi dialog nasional untuk menemukan solusi damai yang berkelanjutan di Myanmar.

Pernyataan Ketua ASEAN itu juga menegaskan komitmen ASEAN untuk terus membantu Myanmar dalam mencari solusi yang dapat diwujudkan dan berlangsung lama untuk krisis yang sedang berlangsung melalui dukungan terhadap implementasi penuh Konsensus Lima Poin.

Indonesia, sebagai ketua ASEAN tahun ini, dihadapkan pada tantangan untuk mendorong junta Myanmar mematuhi Konsensus Lima Poin yang telah disepakati pada April 2021.

Konsensus tersebut menyerukan penghentian kekerasan, dialog dengan semua pemangku kepentingan, penunjukan utusan khusus untuk memfasilitasi mediasi dan dialog, serta menyediakan bantuan kemanusiaan ke Myanmar.

Sebelumnya, Reuters memberitakan bahwa sedikitnya 50 orang tewas di Myanmar pada Selasa (11/4) dalam serangan udara militer yang menyasar acara pertemuan para pemberontak, menurut media dan gerakan perlawanan setempat.

Menurut laporan BBC, Radio Free Asia (RFA), dan portal berita Irrawaddy, antara 50 hingga 100 orang, termasuk warga sipil, terbunuh dalam serangan itu. Reuters belum dapat memverifikasi laporan itu dan juru bicara militer yang berkuasa tidak mengangkat panggilan telepon untuk dimintai komentar.

Sejak kudeta militer pada 2021, Myanmar telah mengalami kekacauan. Kelompok-kelompok milisi dan pemberontak ditindak tegas oleh junta dengan serangan udara dan senjata berat.

Seorang anggota milisi anti junta Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) mengatakan kepada Reuters bahwa jet-jet tempur telah menembaki acara pembukaan kantor kelompok itu.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement