REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Presiden Tunisia Kais Saied bertemu dengan kepala diplomat Suriah pada Selasa (18/4/2023). Dalam pertemuan itu, Saied mengatakan negaranya ingin meningkatkan kerja sama bilateral dan melestarikan ikatan persaudaraan bersejarah dengan Damaskus.
Hubungan diplomatik antara Suriah dan Tunisia telah terputus sejak 2012 selama perang saudara, setelah tindakan keras Presiden Bashar Assad terhadap protes massa terhadap pemerintahannya. Kunjungan tiga hari Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mikdad ke Tunisia dimaksudkan untuk membantu memulihkan hubungan. Mikdad mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Tunisia, Nabil Ammar pada Senin (17/4/2023) malam.
Presiden Saied menekankan kesediaan Tunisia untuk mengintensifkan kerja sama dalam berbagai masalah bilateral, dan ikatan budaya bersama. Tawaran kedua negara untuk bergerak menuju babak baru menunjukkan bahwa banyak hal telah berubah di kawasan ini selama dekade terakhir.
Tunisia adalah tempat kelahiran gerakan pro-demokrasi Arab Spring yang menyebar hingga ke Suriah pada 2011, dan salah satu kritikus terkuat Assad. Tapi hari ini, kepemimpinan Tunisia berayun kembali ke arah otoritarianisme, dan bersekutu lagi dengan Assad.
Awal bulan ini, presiden Tunisia memerintahkan penunjukan duta besar untuk Damaskus. Keputusan ini diambil setelah keputusan pemerintah Suriah membuka kembali kedutaannya di Tunis dan menunjuk seorang duta besar.
Pada Februari, Saied telah mengumumkan keputusannya untuk meningkatkan tingkat perwakilan diplomatik Tunisia di Damaskus. Dia mengatakan, krisis yang dihadapi pemerintah Assad adalah masalah internal yang hanya menjadi perhatian rakyat Suriah.
Kunjungan Mikdad ke Tunisia adalah bagian kedua dari perjalanan yang dimulai di Aljazair, salah satu dari sedikit negara Arab yang mempertahankan hubungan diplomatik selama perang sipil Suriah. Pekan lalu, Mikdad juga melakukan perjalanan ke Arab Saudi.
Suriah secara luas dijauhi oleh pemerintah Arab atas tindakan keras Assad pada 2011 terhadap pengunjuk rasa. Suriah juga dikeliarkan dari Liga Arab. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ketika Assad mengkonsolidasikan kendali atas sebagian besar negara, Suriah mulai mengambil langkah menuju pemulihan hubungan dengan negara tetangga.