Rabu 19 Apr 2023 14:06 WIB

Penyerang PM Jepang Kishida Diduga Simpan Dendam karena Gagal Mencalonkan Diri

Perdana Menteri Fumio Kishida dilempari bom asap.

Seorang pria ditangkap setelah melemparkan bom asap di lokasi pidato PM Jepang Fumio Kishida, Sabtu (15/4/2023).
Foto: Kyodo News via AP
Seorang pria ditangkap setelah melemparkan bom asap di lokasi pidato PM Jepang Fumio Kishida, Sabtu (15/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, WAKAYAMA -- Tersangka serangan ledakan terhadap Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada akhir pekan lalu, kemungkinan menyimpan dendam setelah gagal memenuhi syarat sebagai kandidat untuk pemilihan majelis tinggi tahun lalu, menurut dokumen pengadilan yang ditunjukkan pada Selasa (18/4/2023).

Ryuji Kimura,24, tetap diam setelah ditahan di lokasi kejadian karena melemparkan alat peledak ke arah Kishida sebelum perdana menteri itu memberikan pidato pada Sabtu (15/4/2023) di Kota Wakayama, Jepang barat. Kishida selamat tanpa cedera.

Baca Juga

Menurut laporan, seperti dikutip kantor berita Kyodo, Kimura mengajukan gugatan kepada Pengadilan Distrik Kobe pada Juni tahun lalu, meminta ganti rugi 100 ribu yen (sekitar 11 juta rupiah) atas tekanan mental setelah ia gagal mendaftar sebagai kandidat untuk pemilihan Dewan Penasihat Jepang yang diadakan pada bulan berikutnya.

Ia mengatakan syarat usia setidaknya 30 tahun dan membawa deposit sebesar tiga juta yen (sekitar 332 juta rupiah) untuk mencalonkan diri adalah melanggar konstitusi yang menjamin kesetaraan di mata hukum.

Kimura juga menyerahkan dokumen yang mengkritik kabinet Kishida karena mengadakan pemakaman kenegaraan bagi mendiang mantan perdana menteri Shinzo Abe, dan mengatakan bahwa acara tersebut "dipaksakan dengan hanya persetujuan kabinet" dan tanpa pertimbangan parlemen, seraya menambahkan "tantangan terhadap demokrasi seperti itu tidak dapat ditolerir."

Abe ditembak mati pada Juli tahun lalu saat pidato di kota bagian barat Nara sebelum pemilihan majelis tinggi. Pemakaman yang didanai negara memecah belah pendapat publik atas biaya yang dikeluarkan dan kemungkinan dana tersebut digunakan untuk memperkuat warisan positif bagi mantan pemimpin yang memecah belah.

Namun pengadilan distrik pada November menolak gugatan Kimura, dengan alasan batasan usia dan deposit adalah persyaratan yang wajar. Kimura kemudian mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Osaka, dengan keputusan yang dijadwalkan akan dijatuhkan pada bulan Mei.

Hideo Okamoto, profesor psikologi klinis di Universitas Wanita Nara, mengatakan Kimura "mungkin berpikir pemerintahan (Kishida) menghambat pencalonannya dan ingin membalas.

Kimura ternyata juga ikut berpartisipasi dalam sesi pembekalan majelis kota yang diadakan oleh seorang anggota dewan lokal yang berafiliasi dengan Partai Demokrat Liberal pada bulan September tahun lalu.

Saat itu Kimura mengatakan kepada anggota parlemen LDP yang berpartisipasi Masaki Ogushi bahwa batasan usia untuk kandidat dalam pemilihan lokal harus diturunkan mulai dari 25 tahun.Kimura mengatakan ia ingin mencalonkan diri dalam pemilihan dewan kota, menurut kantor Ogushi.

Ogushi menggambarkan pertemuan itu tidak biasa dimana pembicaraan berlangsung selama 20 menit. Sementara itu keluarga Kimura mengatakan ia "berada di rumah hingga Jumat tengah malam tetapi menghilang pada pagi hari," yang dikutip oleh sumber penyelidikan.

Sekitar 11.25 pagi pada Sabtu, sebuah alat peledak dilemparkan ke arah Kishida dari arah kerumunan. Kimura ditangkap dalam jarak 10 meter dari perdana menteri, dengan alat itu yang diyakini adalah bom pipa rakitan.

Menurut kantor pusat LDP, partai itu mengeluarkan jadwal Kishida pada Sabtu melalui laman mereka pada sore hari sebelumnya, dan calon pemilihan LDP juga memposting rencana pidato perdana menteri di media sosial.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement