REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia memuji peran aktif Arab Saudi dalam mendukung proses perdamaian di Yaman. Indonesia mengimbau agar upaya Saudi disambut secara positif oleh para pihak di Yaman.
“Indonesia menyambut peran aktif Arab Saudi dalam mendukung upaya Utusan Khusus PBB untuk Yaman dan Oman untuk mewujudkan perdamaian dan menyelesaikan krisis di Yaman. Indonesia juga mengimbau agar semua pihak di Yaman menanggapi upaya tersebut secara positif,” tulis Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) lewat akun Twitter resminya, Rabu (19/4/2023).
Sementara itu Direktur Timur Tengah Kemenlu Bagus Hendraning Kobarsyih mengungkapkan, proses menuju perdamaian di Yaman yang saat ini sedang berlangsung cukup monumental dan signifikan. “Saya kira ada harapan,” katanya kepada Republika.co.id ketika ditanya bagaimana prospek terciptanya perdamaian di Yaman sejak Arab Saudi dan Iran sepakat memulihkan hubungan.
Pada Ahad (16/4/2023) lalu, Duta Besar Arab Saudi untuk Yaman Mohammed Al-Jaber bertemu Kepala Dewan Pimpinan Kepresidenan Yaman Rashad Al-Alimi. Dalam pertemuan tersebut, Al-Jaber memaparkan hasil pertemuannya dengan perwakilan kelompok pemberontak Houthi di Sanaa pada 8 dan 13 April lalu. Pertemuan di Sanaa juga dihadiri delegasi Oman.
Al-Jaber mengungkapkan, tujuan dari pembicaraan dengan Houthi adalah menghidupkan kembali gencatan senjata dan mengakhiri konflik yang telah berkecamuk selama delapan tahun di Yaman.
“Saudi ingin mendukung proses pertukaran tahanan serta mengeksplorasi tempat dialog antara semua komponen Yaman untuk mencapai solusi politik yang berkelanjutan dan komprehensif,” kata Kemenlu Arab Saudi dalam keterangan persnya tentang pertemuan Al-Jaber dengan Rashad Al-Alimi, dikutip laman Arab News.
Al-Alimi dan Dewan Kepresidenan Yaman memuji upaya mediasi yang diemban Saudi serta Oman. Mereka menekankan perlunya menghidupkan kembali proses politik berdasarkan Three References yang disepakati secara nasional maupun internasional di bawah pengawasan PBB.
Pada Senin (17/4/2023) lalu, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengungkapkan, para pihak di Yaman telah membebaskan hampir seribu tahanan selama empat hari. “Operasi pembebasan ini menyatukan kembali ratusan keluarga tepat saat perayaan Idul Fitri. Mereka dimungkinkan oleh tindakan niat baik yang kuat yang diharapkan juga akan membawa kita lebih dekat untuk melihat akhir dari konflik dan penderitaan manusia selama bertahun-tahun,” kata Kepala Delegasi ICRC di Yaman Daphnee Maret.
Menurut ICRC, dari 14 hingga 16 April, ICRC telah mengoperasikan 15 penerbangan yang membawa 869 tahanan kembali ke empat kota di Yaman dan dua di Arab Saudi. Selain itu, koalisi yang dipimpin Saudi meminta ICRC memfasilitasi pembebasan 104 tahanan secara terpisah dari Saudi ke Yaman.
Perkembangan positif dalam proses menuju perdamaian di Yaman mulai terjadi sejak Saudi dan Iran sepakat memulihkan hubungan diplomatik pada Maret lalu. Konflik di Yaman telah berlangsung sejak 2014. Krisis di sana memburuk sejak koalisi pimpinan Saudi melakukan operasi militer untuk mendukung pasukan pemerintah melawan milisi Houthi pada 2015. Sejak September 2014, Houthi telah berhasil merebut dan menguasai ibu kota Yaman, Sanaa.
Saudi memang memiliki kekhawatiran terhadap Houthi. Riyadh memandang kelompok tersebut sebagai ancaman terhadap keamanannya. Selama ini Houthi memperoleh dukungan dari Iran. Menurut PBB, konflik Yaman telah merenggut 223 ribu nyawa. Dari 30 juta penduduknya, 80 persen di antaranya kini bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup. PBB telah menyatakan bahwa krisis Yaman merupakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.