Sabtu 22 Apr 2023 09:35 WIB

Didera Krisis Kemanusiaan Akut, WHO Berharap Yaman Capai Perdamaian

WHO mengingatkan gentingnya kondisi krisis kemanusiaan di negara tersebut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Gambar ini dirilis oleh KANTOR MEDIA ANSAR ALLAH HOUTHI, menunjukkan akibat dari penyerbuan mematikan di Sanna, Yaman, Rabu (19/4/2023). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berharap perdamaian bisa tercipta di Yaman menyusul telah dilakukan perundingan antara kelompok pemberontak Houthi dan pemerintah yang diakui secara internasional.
Foto: ANSAR ALLAH HOUTHI MEDIA OFFICE via AP
Gambar ini dirilis oleh KANTOR MEDIA ANSAR ALLAH HOUTHI, menunjukkan akibat dari penyerbuan mematikan di Sanna, Yaman, Rabu (19/4/2023). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berharap perdamaian bisa tercipta di Yaman menyusul telah dilakukan perundingan antara kelompok pemberontak Houthi dan pemerintah yang diakui secara internasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berharap perdamaian bisa tercipta di Yaman menyusul telah dilakukan perundingan antara kelompok pemberontak Houthi dan pemerintah yang diakui secara internasional. WHO mengingatkan gentingnya kondisi krisis kemanusiaan di negara tersebut.

“Pembicaraan politik baru-baru ini telah meningkatkan harapan baru bahwa perdamaian abadi akhirnya dapat dicapai di Yaman,” kata Kepala Tim Darurat Kesehatan Yaman WHO Dr. Annette Heinzelmann dalam konferensi pers pada Jumat (21/4/2023), dikutip Anadolu Agency.

Baca Juga

Dia mengungkapkan, sistem kesehatan di Yaman rapuh dan semakin mendekati kehancuran. Dana bantuan internasional tak lagi bisa menahan laju kerusakan fasilitas dan layanan kesehatan di sana. Heinzelmann menyebut, 46 persen fasilitas kesehatan di Yaman hanya berfungsi sebagian atau tak berfungsi seluruhnya akibat ketiadaan staf, obat-obatan, dana, dan listrik.

Di tengah kondisi fasilitas kesehatan demikian, wabah penyakit mengintai warga Yaman, tak terkecuali anak-anak. Menurut Heinzelmann, 540 ribu balita di Yaman menderita malnutrisi akut dengan risiko kematian segera. “Wabah penyakit, terutama campak, difteri, demam berdarah, kolera, dan polio, mempercepat krisis kesehatan yang semakin parah di Yaman,” ucapnya.

“Pemindahan massal, fasilitas kesehatan yang terbebani, gangguan jaringan air dan sanitasi, serta cakupan imunisasi yang rendah memicu dan menyebarkan wabah penyakit ini,” kata Heinzelmann.

Pada kuartal pertama tahun ini, terdapat lebih dari 13 ribu kasus campak, 8.777 kasus demam berdarah, dan 2.080 kasus dugaan kolera yang dilaporkan di Yaman. Heinzelmann menduga jumlah sebenarnya dari penyakit-penyakit tersebut lebih tinggi. “Masyarakat internasional harus meningkatkan dukungan keuangannya ke Yaman untuk mencegah penderitaan dan kematian manusia yang tak terhitung dalam beberapa bulan mendatang,” ucapnya.

Pada 1 April, Gugus Kesehatan Yaman, yang terdiri dari 46 organisasi PBB dan non-pemerintah, hanya menerima 62 juta dolar AS. Dana itu hanya 16 persen dari 392 juta dolar AS yang dibutuhkan untuk menjangkau 12,9 juta warga Yaman yang paling rentan dengan bantuan kesehatan yang mendesak dan menyelamatkan jiwa. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement