Senin 24 Apr 2023 09:18 WIB

Netanyahu Batal Hadiri Konferensi Tahunan Yahudi Karena Takut Dicegat Pengunjuk Rasa

Ribuan orang Israel kembali protes menentang rencana Netanyahu reformasi Yudisial

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu batal menghadiri konferensi tahunan Federasi Yahudi Amerika Utara (JFNA) di Tel Aviv karena takut dicegat pengunjuk rasa. Harian Haaretz melaporkan, Netanyahu batal menghadiri konferensi tahunan JFNA yang dijadwalkan pada 23-26 April, setelah pengunjuk rasa yang menentang reformasi peradilan menyerukan untuk mengadakan protes selama acara tersebut.
Foto: EPA-EFE/RONEN ZVULUN
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu batal menghadiri konferensi tahunan Federasi Yahudi Amerika Utara (JFNA) di Tel Aviv karena takut dicegat pengunjuk rasa. Harian Haaretz melaporkan, Netanyahu batal menghadiri konferensi tahunan JFNA yang dijadwalkan pada 23-26 April, setelah pengunjuk rasa yang menentang reformasi peradilan menyerukan untuk mengadakan protes selama acara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu batal menghadiri konferensi tahunan Federasi Yahudi Amerika Utara (JFNA) di Tel Aviv karena takut dicegat pengunjuk rasa. Harian Haaretz melaporkan, Netanyahu batal menghadiri konferensi tahunan JFNA yang dijadwalkan pada 23-26 April, setelah pengunjuk rasa yang menentang reformasi peradilan menyerukan untuk mengadakan protes selama acara tersebut.

Dengan pembatalan tersebut, maka Netanyahu melewatkan konferensi untuk pertama kalinya selama masa jabatannya sebagai perdana menteri.

Baca Juga

"Pertimbangan penjadwalan dan persiapan untuk upacara Hari Peringatan dan Hari Kemerdekaan mendorong pembatalan, dan bukan atas dasar protes yang direncanakan," kata harian Times of Israel, mengutip Kantor perdana menteri, Ahad (23/4/2023).

Pada Sabtu (22/4/2023) ribuan orang Israel kembali menggelar protes menentang rencana Netanyahu untuk reformasi peradilan. Reformasi ini telah memicu protes massal di seluruh Israel selama 16 pekan.

Oposisi Israel menilai rencana perombakan yudisial sebagai upaya untuk mengurangi kekuasaan otoritas yudisial yang berpihak pada eksekutif. Sementara Netanyahu menegaskan, perombakan yudisial akan meningkatkan demokrasi dan mengembalikan keseimbangan antara kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Pada 27 Maret Netanyahu tunduk pada tekanan dan mengumumkan penghentian sementara rencana pemeriksaan yudisial. Terlepas dari keputusan penundaan, pemerintahan Netanyahu mengatakan, mereka akan mengembalikan peraturan kontroversial itu ke parlemen pada awal Mei. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement