REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemimpin kelompok antimonarki Republik dan anggota lainnya dibebaskan dari tahanan setelah berjam-jam ditahan selama penobatan Raja Charles III pada Sabtu (6/4/2023). Sebelumnya polisi menangkap pemimpin Republik Graham Smith, dan 51 orang lainnya di pusat kota London.
Sementara ribuan pendukung kerajaan berkumpul di jalan-jalan untuk penobatan Raja Charles III pada Sabtu. Republic mengatakan bahwa anggota yang ditahan mulai dibebaskan pada Sabtu malam, setelah hampir 16 jam ditahan.
"Saya sekarang keluar dari kantor polisi. Jangan salah, tidak ada lagi hak untuk protes damai di Inggris," kata Smith di Twitter.
"Saya telah diberitahu berkali-kali bahwa raja ada di sana untuk membela kebebasan kita. Sekarang kebebasan kita diserang atas namanya," tambah Smith.
Polisi mengatakan, mereka memahami kekhawatiran publik setelah penangkapan tersebut. Tetapi polisi mengatakan, mereka bertindak setelah menerima informasi bahwa pengunjuk rasa bertekad untuk mengganggu prosesi penobatan. Sebelumnya pada Jumat (5/5/2023) Kepala polisi London Mark Rowley memperingatkan, polisi akan mengambil tindakan jika pengunjuk rasa mencoba untuk menghalangi penobatan raja. Dia mengatakan, akan ada toleransi yang sangat rendah untuk gangguan.
"Kami sangat prihatin dengan laporan tentang penangkapan relawan Night Stars kami dalam semalam," kata anggota dewan lokal Aicha Less, seraya menambahkan bahwa para relawan telah ditawari dukungan.
"Kami bekerja sama dengan Kepolisian Metropolitan untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi," kata Less.
Wes Streeting, seorang anggota parlemen senior dari Partai Buruh menolak mengomentari penangkapan aktivis antimonarki khusus. Dia mengatakan, polisi London harus bertanggung jawab apakah pendekatan keseluruhan mereka terhadap penobatan itu proporsional.
Puluhan ribu orang menyaksikan Raja Charles III dan Ratu Camilla yang baru dinobatkan naik kereta negara kembali ke Istana Buckingham, setelah kebaktian di Westminster Abbey pada Sabtu. Ratusan orang antimonarki mencemooh dan mengangkat spanduk bertuliskan "Bukan Rajaku".
Menteri Kebudayaan Lucy Frazer mengatakan, polisi telah mengambil tindakan lebih keras pada acara yang dapat menimbulkan pertanyaan tentang keamanan nasional. "Saya pikir secara keseluruhan (polisi) berhasil mendapatkan keseimbangan itu dengan benar," kata Frazer kepada Sky News.