Selasa 09 May 2023 05:55 WIB

Menlu Cina Sebut AS yang Buat Hubungan Dua Negara Menurun

Washington bertanggung jawab atas penurunan hubungan antara kedua negara.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang melakukan pertemuan dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS) Duta Besar Nicolas Burns pada Senin (8/5/2023). Dalam kesempatan itu, dia menyampaikan bahwa Washington bertanggung jawab atas penurunan hubungan antara kedua negara.
Foto: EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang melakukan pertemuan dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS) Duta Besar Nicolas Burns pada Senin (8/5/2023). Dalam kesempatan itu, dia menyampaikan bahwa Washington bertanggung jawab atas penurunan hubungan antara kedua negara.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang melakukan pertemuan dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS) Nicolas Burns pada Senin (8/5/2023). Dalam kesempatan itu, dia menyampaikan, Washington bertanggung jawab atas penurunan hubungan antara kedua negara.

Kementerian Luar Negeri Cina mengutip Qin yang memberi tahu Burns, serangkaian kata dan perbuatan yang salah dilakukan oleh AS. sejak pertemuan pada November antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping, telah merusak momentum positif yang diperoleh dengan susah payah dari hubungan Cina-AS.

“Pihak AS harus merenungkan secara mendalam, bertemu dengan Cina di tengah jalan, dan mendorong hubungan Cina-AS keluar dari kesulitan dan kembali ke jalur yang benar," kata Qin.

Washington dinilai harus memperbaiki pemahamannya tentang Beijing dan kembali ke rasionalitas. Qin mengulangi tuduhannya sebelumnya, AS sedang berusaha menekan dan menahan Cina. Beijing secara rutin mengutip dukungan politik dan militer AS terhadap Taiwan sebagai pelanggaran kedaulatannya.

Qin mengatakan, hubungan kedua negara telah menjadi dingin dan prioritasnya adalah untuk menstabilkannya. "Menghindari spiral ke bawah dan peristiwa yang tidak terduga," ujarnya.

Menurut Qin, AS juga harus berhenti merusak kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan Cina, terutama melalui dukungan terhadap identitas independen Taiwan. Cina menyatakan, Taiwan harus berada di bawah kekuasaannya dengan paksa jika perlu, sementara AS mengatakan hubungan antara kedua belah pihak harus diselesaikan secara damai.

Pada pengarahan harian pada Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin menggambarkan pertemuan antara Qin dan Burns sebagai pengaturan diplomatik yang normal. Sedangkan Burns mengatakan di Twitter, dia bertemu dengan Qin dan membahas tantangan dalam hubungan AS-Cina.

"Dan perlunya menstabilkan hubungan dan memperluas komunikasi tingkat tinggi," ujar Burns.

Dalam komentar kepada lembaga //think tank// AS pekan lalu, Burns mengatakan, AS telah konsisten dalam pendekatannya terhadap Taiwan. Dia menegaskan bahwa setiap penyelesaian perbedaan lintas-Selat Taiwan) harus damai.

“Kami berharap, Pemerintah di Cina berkomitmen menyelesaikan perselisihan secara damai,” kata Burns dalam diskusi online dengan Stimson Center yang berbasis di Washington.

Meskipun hubungan diplomatik formal yang lemah, AS adalah pemasok perangkat keras militer dan dukungan diplomatik terbesar Taiwan. Namun di sisi lain, Washington pun terus mempertahankan hubungan dengan Beijing.

Hanya saja, Biden terlihat melangkah lebih jauh dengan berulang kali mengatakan bahwa AS akan mendukung Taiwan secara militer. AS telah meningkatkan pengaturan pangkalan dengan Filipina, yang terletak tepat di selatan Taiwan.

"AS memiliki kewajiban serta kepentingan untuk memastikan bahwa kami dapat menyediakan senjata pertahanan ke Taiwan sehingga pihak berwenang Taiwan dapat memiliki pertahanan yang tepat dan kami dapat membantu mereka membangun pencegahan,” kata Burns.

Qin dijadwalkan berangkat untuk kunjungan ke Jerman, Prancis, dan Norwegia pada Senin. Perjalan ini di tengah hubungan Cina yang memburuk dengan Eropa atas dugaan praktik perdagangan yang tidak adil, pelanggaran hak asasi manusia, dan dukungan Cinauntuk Rusia dalam perangnya melawan Ukraina.

Presiden Cina Xi dan Presiden Rusia Vladimir Putin memproklamirkan bahwa pemerintah keduanya memiliki persahabatan tanpa batas. Pengumuman ini disampaikan sebelum serangan Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Beijing telah menolak untuk mengkritik Kremlin atas invasi tersebut tetapi telah berusaha tampil netral dan telah menyerukan gencatan senjata dan pembicaraan damai.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement