REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Miliarder Thailand dan mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra mengatakan pada Selasa (9/5/2023), akan pulang pada Juli setelah 17 tahun mengasingkan diri. Dia kembali ke Thailand hanya beberapa hari menjelang pemilihan yang diperkirakan akan dimenangkan oleh partainya Pheu Thai.
Meskipun Thaksin telah gagal memenuhi banyak janji untuk kembali pulang, pernyataannya yang disampaikan melalui Twitter adalah pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir dengan tanggal pasti. "Saya minta izin lagi. Saya putuskan untuk pulang menengok cucu-cucu saya dalam bulan Juli, sebelum ulang tahun saya," ujarnya.
"Saya ingin izin. Sudah 17 tahun saya terpisah dari keluarga saya. Saya sudah tua," ujar Thaksin tanpa menyebutkan kepada siapa dia meminta izin.
Mantan kolonel polisi dan maestro telekomunikasi berusia 73 tahun itu telah menonjol dalam politik Thailand sejak digulingkan dalam kudeta 2006. Dia pergi ke pengasingan pada 2008 untuk menghindari penjara karena penyalahgunaan kekuasaan, tuduhan yang menurutnya bermotivasi politik.
Dalam komentar Twitter selanjutnya, Thaksin mengatakan tidak akan menjadi beban bagi Pheu Thai. Dia pun mengaku kepulangannya akan mengikuti proses hukum.
Pheu Thai merupakan partai yang dikendalikan keluarga dan sekutu bisnis Thaksin. Partai tersebut memimpin dalam jajak pendapat menjelang pemungutan suara 14 Mei, seperti yang dilakukan pendahulunya sebelum memenangkan setiap pemilihan sejak 2001.
Putri bungsu Thaksin, Paetongtarn berusia 36 tahun adalah kandidat perdana menteri dari Thaksin. Dia dikabarkan melahirkan anak keduanya minggu lalu.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan partai-partai dalam koalisi dukungan militer yang berkuasa terpaut jauh dari Pheu Thai, termasuk partai Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, partai United Thai Nation. Jenderal militer itu memimpin kudeta pada 2014 melawan pemerintah Yingluck Shinawatra, saudara perempuan Thaksin .
"Terserah dia, terserah sistem peradilan," ujar Prayuth saat ditanya wartawan tentang kemungkinan kepulangan Thaksin.
Thaksin menghabiskan sebagian besar pengasingannya di Dubai atau London. Dia menjadi terkenal karena membeli klub sepak bola Liga Premier Manchester City pada 2007.
Perdana menteri dari 2001 hingga penggulingannya pada 2006, Thaksin membangun kerajaan politik dengan mendekati jutaan pemilih kelas pekerja yang kehilangan haknya dengan kebijakan populis. Namun keluarga dan bisnisnya ditentang keras oleh beberapa keluarga dan institusi paling kuat di Thailand, termasuk militer, sehingga akhirnya terjadilah kudeta.