REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sekitar 39 persen keluarga Palestina dan Yahudi di Yerusalem hidup di bawah garis kemiskinan. Institut Riset Kebijakan Yerusalem menerbitkan laporan bertepatan dengan peringatan 56 tahun pendudukan Israel di Yerusalem Timur.
"Data tingkat kemiskinan kota menyajikan gambaran yang mengkhawatirkan," ujar laporan Institut Riset Kebijakan Yerusalem, dilansir Middle East Monitor, Rabu (17/5/2023).
Pada 2021, sebanyak 125.900 keluarga di Yerusalem dan 202.400 anak, atau setengah dari anak-anak kota itu, hidup di bawah garis kemiskinan. Institut Riset Kebijakan Yerusalem menyatakan, tingkat kemiskinan di Yerusalem secara signifikan lebih tinggi daripada tingkat di Israel pada umumnya, yaitu 21 persen keluarga dan 28 persen anak-anak hidup di bawah garis kemiskinan. Laporan tersebut menemukan bahwa tingkat kemiskinan mencapai 43 persen di antara populasi Haredi Yerusalem.
"Di antara penduduk Arab Yerusalem, 60 persen hidup di bawah garis kemiskinan, dibandingkan dengan 39 persen di antara penduduk Arab di Israel pada umumnya," kata laporan itu.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa total 11.900 penduduk baru pindah ke Yerusalem dari daerah lain di Israel pada 2021. Pada 2021, jumlah imigran yang memilih tinggal di Yerusalem mencapai 3.700 atau yang tertinggi di antara kota-kota besar Israel lainnya.
Yerusalem menjadi jantung konflik antara Israel dan Palestina selama puluhan tahun. Israel merebut Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza dalam perang Timur Tengah 1967. Palestina menginginkan ketiga wilayah tersebut untuk negara merdeka di masa depan dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Sementara Israel menegaskan bahwa Yerusalem dan Yerusalem Timur tidak terpisahkan.