REPUBLIKA.CO.ID, SITTWE -- Ratusan orang, termasuk Muslim Rohingya, dikhawatirkan tewas setelah topan melanda Myanmar akhir pekan lalu. Penduduk dan kelompok bantuan di lokasi menyebut upaya penyelamatan terhambat akibat kerusakan infrastruktur.
Negara Bagian Rakhine, sebagai salah satu bagian miskin di Myanmar, harus menanggung beban terberat akibat Topan Mocha. Angin berkecepatan hingga 210 kilometer per jam (130 mph) ini merobek atap rumah dan membawa gelombang badai yang menggenangi ibu kota negara bagian, Sittwe.
Wilayah ini memiliki populasi besar Muslim Rohingya, selaku minoritas teraniaya yang ditolak oleh pemerintah Myanmar berturut-turut. Lebih dari satu juta orang tinggal di kamp-kamp yang luas di negara tetangga Bangladesh, setelah melarikan diri dari penumpasan militer dalam beberapa tahun terakhir.
Dilansir di Reuters, Kamis (18/5/2023), Myanmar dicengkeram oleh kekacauan politik dan ekonomi sejak militer merebut kekuasaan dalam kudeta pada 2021. Sejak itu, pertempuran berkecamuk di seluruh negeri antara militer dan prodemokrasi atau kelompok etnis bersenjata yang bersekutu.
Penduduk Negara Bagian Rakhine mengatakan sedikitnya 100 orang tewas, serta banyak lagi yang hilang dan dikhawatirkan tewas. Tidak hanya itu, mereka juga menyebut hingga berita ini dibuat bantuan belum tiba di tangan mereka.
Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen jumlah korban tewas. Akibat topan ini, Bangladesh menghadapi pemadaman listrik terburuk dalam lebih dari tujuh bulan akibat.
Seorang penduduk di daerah itu, yang menolak menyebutkan namanya karena khawatir akan keselamatannya, mengatakan lebih dari 100 orang Rohingya kehilangan nyawanya. Informasi ini disampaikan berdasarkan penilaian dari beberapa desa yang telah dia kunjungi setelah bencana alam ini.
Dua warga lain juga mengatakan sejumlah besar orang telah tewas. Sumber diplomatik juga menyebutkan hal yang sama, tetapi tidak memberikan penjelasan perinci tentang situasi tersebut.
Portal berita Myanmar Now melaporkan ratusan orang dikhawatirkan tewas. Di sisi lain, kelompok bantuan mengatakan, ada jumlah kematian yang signifikan. Media pemerintah Myanmar menyatakan, setidaknya tiga orang dilaporkan meninggal dunia.