REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Oposisi Turki menuduh pemerintah Presiden Tayyip Erdogan mengizinkan 10 juta pengungsi 'tidak sah' masuk ke negara itu. Hal ini menandai perubahan retorika kubu nasionalis jelang putaran kedua pemilihan presiden pada 28 Mei mendatang.
Kandidat presiden dari aliansi enam oposisi Kemal Kilicdaroglu berada di belakang Erdogan di putaran pertama pemilihan presiden yang digelar Ahad (14/3/2023) lalu. Gagal memenuhi ekspektasi jajak pendapat yang memprediksi ia akan memenangkan pemilihan tersebut.
Pernyataan Kilicdaroglu ini disampaikan setelah partainya mengatakan telah mengajukan keluhan mengenai keanehan pada ribuan kotak suara. Partai AK yang dipimpin Erdogan dan sekutu-sekutunya memenangkan pemilihan parlemen.
Namun Erdogan gagal meraih ambang batas 50 persen suara untuk memenangkan pemilihan satu putaran. Kilicdaroglu dari Partai Republik Rakyat (CHP) memperoleh 44,9 persen dalam pemilihan yang paling menantang bagi Erdogan dalam 20 tahun ia berkuasa.
Kandidat ketiga Sinan Ogan mendapatkan 5,17 persen suara. Erdogan maupun Kilicdaroglu diperkirakan akan meminta dukungannya dalam negosiasi pekan ini.
"Kami tidak akan mengabaikan tanah air kami pada mentalitas yang mengizinkan 10 juta imigran tidak sah datang ke sini," kata Kilicdaroglu di video yang diunggah di Twitter, Rabu (17/5/2023).
Ia memperingatkan jumlah imigran tidak sah dapat mencapai 30 juta orang. "Mereka yang cintai tanah air, datang ke kotak suara," kata Kilicdaroglu.
Ia tidak mengungkapkan bukti mengenai jumlah imigran yang datang ke Turki yang merupakan negara dengan populasi pengungsi terbesar di dunia. Berdasarkan data pemerintah Turki menampung sekitar 4 juta imigran.
Data Kementerian Dalam Negeri menunjukkan hingga 11 Mei lalu pada tahun ini pihak berwenang Turki sudah menemukan 50.600 imigran tidak sah. Pada tahun 2022 lalu Turki menahan 285 ribu pengungsi.
Dalam video bernuansa nasionalis Kilicdaroglu terlihat tidak lagi bersikap moderat seperti sebelum putaran pertama. Tampaknya ia hendak menarik suara pendukung Ogan yang mengkampanyekan memulangkan imigran termasuk 3,6 juta pengungsi Suriah.