REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Sebelas anggota pendiri Partai Masa Depan yang merupakan komponen utama dari koalisi oposisi Enam Partai, telah mengundurkan diri. Langkah ini diambil sebagai protes terhadap retorika anti-pengungsi dari kandidat capres dari Aliansi Bangsa, Kemal Kilicdaroglu.
Seorang anggota Dewan Direksi Partai Masa Depan dan penasihat senior ketua partai, Bayram Zilan, mengumumkan pengunduran diri kolektif. Dia menjelaskan bahwa para anggota sangat kecewa dengan munculnya kontradiksi antara program dan praktik partai.
Dia menekankan bahwa partai telah berbalik menjadi blok di mana jasa dan pekerjaan diabaikan. "Kami tidak lagi ingin menjadi sumber manusia dari ambisi pribadi karena tujuan kami adalah membuat politik yang bersih," ujar Zilan, dilaporkan Middle East Monitor, Selasa (23/5/2023).
Zilan menekankan, anggota yang mengundurkan diri dari partai akan menentang mereka yang berjanji untuk mendeportasi para pengungsi Suriah. Hal ini mengisyaratkan bahwa mereka yang mengundurkan diri akan beralih mendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada putaran kedua pemilihan presiden.
"Kami akan melawan kekerasan dan terorisme, melawan darah dan kebencian," kata Zilan.
Pernyataan Kilicdaroglu terhadap pengungsi Suriah telah memicu kontroversi di seluruh Turki. Beberapa pihak mengklaim dia telah mengadopsi kebijakan partai sayap kanan dalam upaya untuk memenangkan lebih banyak suara di putaran kedua pemilihan presiden.
Pemerintah Kota Istanbul menerbitkan spanduk di Lapangan Taksim yang menunjukkan foto Kilicdaroglu dengan kalimat "Suriah akan pergi, buat keputusan Anda," yang ditulis di sebelah foto itu sebagi upaya untuk menarik suara.
Kilicdaroglu menyerukan kepada para pemilih Turki untuk membuat keputusan terkait kehadiran sepuluh juta warga Suriah di negara mereka. Dia mengklaim bahwa jumlah pengungsi dapat meningkat menjadi 20 juta jika dia tidak memenangkan pemilihan presiden.
Kilicdaroglu menyatakan, jika terpilih dia akan mengirim 3,6 juta warga Suriah yang saat ini tinggal di Turki kembali ke negara asal mereka dalam dua tahun. Ini adalah sebuah kebijakan yang menarik bagi mayoritas warga Turki tetapi mengkhawatirkan banyak warga Suriah yang telah tinggal di Turki selama bertahun-tahun.
Sejak pemungutan suara putaran pertama, status 3,6 juta pengungsi Suriah di Turki telah menjadi isu utama. Dalam kampanye awal, kedua belah pihak berjanji untuk memulangkan sebanyak mungkin pengungsi Suriah ke tanah air mereka dalam beberapa minggu setelah pemilihan presiden.
Namun, ketika pemilu putaran kedua semakin dekat, persoalan pengungsi Suriah mengkristal menjadi topik diskusi utama. Setiap orang berlomba-lomba untuk menjadi yang paling keras dalam topik tersebut.
Hal ini sangat mengkhawatirkan warga Suriah. Mereka takut dikembalikan ke negara yang masih belum aman bagi banyak orang. Persoalan ini juga bisa membuat pusing dunia yang lebih luas, karena harus mengakomodasi para pengungsi Suriah jika Turki menghentikan dukungannya.