Rabu 24 May 2023 07:50 WIB

Prancis Kerahkan Pasukan Tangani Serangan Drone

Prancis akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Olimpiade 2024.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Polisi Perancis melakukan patroli keamanan di dekat Menara Eiffel, Paris (ilustrasi). Prancis akan mengerahkan 35 ribu agen keamanan dan militer untuk mengamankan upacara pembukaan Olimpiade 2024. Pasukan itu akan memastikan keselamatan dari ancaman keamanan termasuk serangan drone.
Foto: REUTERS / Yves Herman
Polisi Perancis melakukan patroli keamanan di dekat Menara Eiffel, Paris (ilustrasi). Prancis akan mengerahkan 35 ribu agen keamanan dan militer untuk mengamankan upacara pembukaan Olimpiade 2024. Pasukan itu akan memastikan keselamatan dari ancaman keamanan termasuk serangan drone.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis akan mengerahkan 35 ribu agen keamanan dan militer untuk mengamankan upacara pembukaan Olimpiade 2024. Pasukan itu akan memastikan keselamatan dari ancaman keamanan termasuk serangan drone.

Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan, pasukan bala bantuan akan datang dari Kementerian Pertahanan. Militer Prancis ditugaskan untuk memimpin pertahanan negara terhadap serangan pesawat nirawak.

Baca Juga

"Drone mewakili ancaman yang benar-benar baru. Kami telah melakukan banyak pekerjaan pada ancaman klasik, apakah itu penjahat, apakah itu orang bersenjata, bom, apa pun bom itu... Kami tahu cara mendeteksi dan lawan ancaman ini," kata Darmanin.

Ratusan ribu penonton diperkirakan akan berbaris di pinggir Sungai Seine sepanjang enam km. Mereka ingin menyaksikan delegasi nasional berlayar dengan armada kapal dari Jembatan Austerlitz ke kaki Menara Eiffel.

Menyusul Olimpiade Tokyo yang dilanda Covid-19 diadakan secara tertutup, Paris menjanjikan tontonan olahraga yang terbuka untuk umum. Namun penyelenggaraan besar-besar ini menghadapi berbagai risiko keamanan.

“Kedatangan pesawat tak berawak yang kemungkinan dengan bahan peledak di medan operasi sipil adalah hal baru. Belum ada kepastian ancaman ini akan terwujud, tetapi ini yang paling sulit dihentikan," ujar menteri dalam negeri itu.

Prancis harus bersiap mulai dari serangan yang dilakukan dengan drone dan serangan dunia maya. Mereka pun mempertimbangkan unjuk rasa dari aktivis iklim dan demonstran anti-pemerintah.

Selain itu, Darmanin mengatakan, pemerintah akan meminta pasukan polisi di tempat lain di Eropa untuk meningkatkan pembagian intelijen. Mereka diminta memberikan perhatian terhadap individu yang mungkin menimbulkan ancaman terorisme untuk mencegah mereka tiba di tanah Prancis.

Darmanin menyatakan, Prancis juga telah meminta Komisi Eropa untuk mengizinkan untuk mengembalikan pengawasan perbatasan selama Olimpiade dan Piala Dunia Rugbi tahun ini. Tindakan itu sebagai upaya memantau orang-orang yang datang dari negara-negara di dalam Wilayah Schengen yang memungkinkan pergerakan orang tanpa batas.

Komisi Eropa dinilai tidak akan menolak untuk mengabulkan permintaan Prancis. Namun Darmanin mengatakan, hingga saat ini Paris masih menunggu tanggapan.

Darmanin memperkirakan lebih dari 600 ribu orang akan menghadiri acara pembukaan Olimpiade. Sebanyak 100 ribu orang juga diperkirakan yang akan membayar hingga 2.700 euro masing-masing untuk mendapatkan kursi di tepi sungai yang lebih rendah.

Penonton dapat melihat hologram di atas air, penari di atap gedung terdekat, dan pertunjukan udara. "Kami tahu bahwa acara terbesar di planet ini akan menarik banyak orang yang ingin berpesta, dan tidak diragukan lagi ada orang lain yang ingin merusak pesta," kata Walikota Paris Anne Hidalgo.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement