REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia dan Cina akan menandatangani perjanjian bilateral pada Rabu (24/5/2023), selama kunjungan perdana menteri Rusia ke Beijing. Kedua negara menjanjikan kerja sama yang lebih erat, ketika Barat mengkritisi hubungan mereka di tengah perang di Ukraina.
Perdana Menteri Rusia, Mikhail Mishustin mengadakan pembicaraan dengan Presiden Cina, Xi Jinping dan Perdana Menteri, Li Qiang. “Sebagai hasil dari pembicaraan tersebut, sejumlah kesepakatan bilateral rencananya akan ditandatangani,” lapor kantor berita Rusia Interfax, tanpa menjelaskan detail lebih lanjut.
Kunjungan itu dilakukan setelah Rusia dan Cina bereaksi keras terhadap deklarasi Kelompok Tujuh (G7) yang menyebut bahwa kedua negara itu menjadi sumber masalah global, terutama dalam perang di Ukraina, senjata nuklir, dan pemaksaan ekonomi.
Pada Maret, Xi mengunjungi Rusia dan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin. Kedua negara juga sepakat menjalin kemitraan tanpa batas, sebelum serangan Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Beijing telah menolak upaya Barat yang mengaitkan kemitraannya dengan Moskow terhadap perang di Ukraina. Cina menegaskan bahwa hubungannya dengan Rusia tidak melanggar norma internasional. Cina memiliki hak untuk berkolaborasi dengan siapa dan kerja sama dengan Moskow tidak ditargetkan untuk menyerang ke negara ketiga mana pun.
Sebagai bentuk dukungan, perdana menteri Cina pada Selasa (23/5/2023) mengirim surat ucapan selamat ke forum bisnis Cina-Rusia di Shanghai, yang dihadiri oleh Mishustin dan sekelompok besar taipan Rusia. Li mengatakan, Cina bersedia untuk memperluas pertukaran ekonomi dan perdagangan bilateral.
Pada April, ekspor Cina ke Rusia naik 153,1 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Pengiriman energi Rusia ke Cina diproyeksikan meningkat sebesar 40 persen tahun ini. Kedua negara sedang mendiskusikan pasokan peralatan teknologi ke Rusia.
Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev mengatakan, memperdalam hubungan dengan Cina adalah langkah strategis bagi Moskow. Patrushev mengadakan pembicaraan dengan anggota Politbiro Partai Komunis Cina urusan hukum dan intelijen, Chen Wenqing.
Beijing telah menahan diri untuk tidak mengecam invasi Rusia secara terbuka. Namun sejak Februari, Xi telah mempromosikan rencana perdamaian 12 poin, yang ditanggapi dengan skeptis oleh Barat. Sementara Kiev menyambut rencana perdamaian Cina itu dengan hati-hati.
Pekan lalu, perwakilan khusus Cina untuk urusan Eurasia, Li Hui mengunjungi Ukraina dan bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskiy. Kunjungan ini bertujuan mempromosikan pembicaraan damai dan penyelesaian politik krisis. Li Hui dijadwalkan mengunjungi Rusia pada Jumat (26/5/2023).