REPUBLIKA.CO.ID, BERN -- Pemerintah Swiss mendukung penonaktifan 25 tank tempur Leopard 2 untuk dijual kembali ke Jerman. Langkah ini memungkinkan negara-negara Barat mengirim lebih banyak bantuan militer ke Ukraina.
Pada bulan Februari lalu, Jerman meminta Swiss untuk menjual kembali beberapa tanknya ke perusahaan senjata Rheinmetall. Perusahaan itu pun dapat menutupi lagi kekurangan persenjataan Uni Eropa dan anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Jerman, Polandia, Portugal, Finlandia, dan Swedia negara-negara yang mengirimkan tank Leopard untuk membantu Ukraina membela diri melawan invasi Rusia. Sehingga terjadi kekurangan senjata di negara-negara tersebut.
Isu ini cukup sensitif bagi Swiss. Berdasarkan undang-undang kenetralan dan embargo senjata terpisah, Swiss dilarang mengirim senjata langsung ke Ukraina.
Saat ini militer Swiss memiliki 134 tank Leopard 2 dalam keadaan siaga dan 96 tank di gudang. Dalam pernyataannya, Rabu (24/5/2023), pemerintah Swiss mengatakan persediaan tank mereka masih mencukupi. Kini parlemen Swiss yang akan memutuskan masalah ini.
Sebelumnya Bern menolak permintaan Jerman, Spanyol, dan Denmark agar amunisi yang sebelumnya dibeli dari Swiss diekspor ulang ke Ukraina. Namun, masalah ini memecah belah di Swiss dengan perubahan sikap publik dan politik yang pro-Ukraina menekan pemerintah untuk mengakhiri larangan ekspor senjata Swiss ke zona perang.