REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Rabu (24/5/2023) mengatakan keanggotaan Ukraina di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di tengah-tengah perang, "tidak ada dalam agenda."
Pernyataan Stoltenberg muncul selama Forum Brussels yang diorganisir oleh Dana Marshall Amerika Serikat di Jerman. Ia mengingatkan komitmen tahun lalu di Madrid bahwa Ukraina akan menjadi anggota aliansi tersebut, seraya menambahkan bahwa keputusan itu pertama dibuat pada 2008.
"Tugas yang paling mendesak dan penting saat ini adalah memastikan Ukraina menang sebagai negara merdeka berdaulat," kata dia.
"Karena Ukraina belum menang, jadi tidak ada isu keanggotaan untuk dibahas," tekan Stoltenberg.
Ketika ditanya apakah perang Rusia membuat Ukraina lebih mudah menjadi anggota NATO dari sebelum 24 Februari 2022, ketua NATO tersebut menjawab: "Ya dan Tidak."
"Saya pikir semua orang menyadari bahwa untuk menjadi anggota di tengah peperangan bukanlah menjadi agenda dan bukan itu masalahnya. Permasalahan itu lebih kepada apa yang akan terjadi saat perang berakhir, bagaimanapun caranya," lanjut dia.
Tentu saja, perang memastikan Ukraina menjadi lebih dekat dengan aliansi itu, tambah dia.
Stoltenberg berharap negara-negara anggota akan menyetujui saat konferensi tingkat tinggi Vilnius yang akan datang atas program multi tahun NATO untuk membantu transisi Ukraina dari doktrin dan standar era Soviet menjadi doktrin dan standar NATO.
"Ini terdengar sedikit teknis, namun ini sangat penting," tutup dia.
Lithuania akan menjadi tuan rumah KTT NATO di Vilnius pada 11-12 Juli 2023.