Senin 29 May 2023 10:52 WIB

Erdogan Menang, Mata Uang Turki Justru Anjlok

Mata uang Turki Lira merosot ke rekor terendah baru usai pengumuman Erdogan menang

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Mata uang Turki Lira merosot ke rekor terendah baru terhadap dolar usai pengumuman kemenangan Presiden Pejawat Recep Tayyip Erdogan pada Ahad (28/5/2023).
Mata uang Turki Lira merosot ke rekor terendah baru terhadap dolar usai pengumuman kemenangan Presiden Pejawat Recep Tayyip Erdogan pada Ahad (28/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Mata uang Turki, lira, merosot ke rekor terendah baru terhadap dolar AS seusai pengumuman kemenangan Presiden pejawat Recep Tayyip Erdogan pada Ahad (28/5/2023). Mata uang melayang di atas 20,00 hingga ambang dolar saat perdagangan berlangsung, tidak jauh dari rekor terendah 20,06 yang dicapai pada 26 Mei 2023.

Lira rentan terhadap ayunan tajam sebelum jam perdagangan reguler telah melemah lebih dari enam sejak awal tahun. Mata uang itu kehilangan lebih dari 90 persen nilainya selama dekade terakhir. Ekonomi negara tersebut dalam cengkeraman siklus boom and bust yang menyerang inflasi dan krisis mata uang.

Baca Juga

Sejak krisis 2021, pihak berwenang telah mengambil peran yang semakin aktif di pasar valuta asing dengan pergerakan harian menjadi sangat kecil dan sebagian besar mencatat pelemahan. Sementara, cadangan forex dan emas menyusut.

"Pengaturan saat ini tidak berkelanjutan. Dengan cadangan devisa yang terbatas dan suku bunga riil yang sangat negatif, tekanan pada lira sangat berat," ujar Tim Ash dari BlueBay Asset Management.

Erdogan berhasil kembali memenangkan pemilu meskipun terjadi kekacauan ekonomi selama bertahun-tahun. Para kritikus menyalahkan kebijakan ekonomi tidak ortodoks.

Hasil yang mengejutkan Erdogan di putaran pertama pemilihan umum pada dua minggu lalu telah memicu aksi jual obligasi internasional Turki. Terdapat lonjakan biaya untuk memastikan paparan utangnya di tengah memudarnya harapan akan perubahan kebijakan ekonomi.

Dalam pidato kemenangan Erdogan, dia mengakui bahwa inflasi adalah masalah yang paling mendesak. Dia mengatakan, masalah itu juga akan turun menyusul kebijakan suku bunga bank sentral yang dipotong menjadi 8,5 persen dari 19 persen dua tahun lalu.

Analis berhati-hati dalam seberapa besar perubahan ekonomi yang akan digembar-gemborkan oleh pemerintahan baru Erdogan. "Erdogan tidak mungkin menerima pendekatan ekonomi ortodoks langsung," kata presiden pendamping di firma penasehat Teneo Wolfango Piccoli.

"Tapi, beberapa penyesuaian terhadap pendekatan heterodoks saat ini dapat diadopsi dengan tujuan mendapatkan waktu menjelang pemilihan lokal Maret 2024," ujarnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement