REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Jebolnya Bendungan Nova Kakhovka di Ukraina akan mengancam pasokan air di Krimea. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov pada Selasa (6/6/2023) menuduh Ukraina sengaja menyerang bendungan untuk menghentikan aliran air ke Krimea.
"Jelas salah satu tujuan dari tindakan sabotase ini adalah untuk menghilangkan Krimea dari permukaan air di waduk, dan pasokan air ke kanal berkurang secara drastis," kata Peskov.
Sementara Ukraina menuding Rusia berada di balik jebolnya bendungan tersebut. Video yang belum diverifikasi di media sosial menunjukkan gelombang air mengucur dari bendungan yang melewati Sungai Dnipro. Bendungan ini merupakan bagian dari kompleks yang mencakup reservoir besar, yang menampung volume air sebesar 18 kilometer kubik, atau kira-kira sama dengan Great Salt Lake di negara bagian Utah, Amerika Serikat (AS).
Waduk ini memasok air ke Kanal Krimea Utara yang dibangun pada era Soviet. Saluran ini secara tradisional memasok 85 persen air ke Krimea. Sebagian besar air tersebut digunakan untuk pertanian industri. Sementara sekitar seperlima untuk air minum dan kebutuhan umum lainnya.
Rusia telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah pasokan air Krimea sebelum akses ke kanal dipulihkan tahun lalu. Kepala Krimea yang didukung Rusia, Sergei Aksyonov mengatakan, tidak ada ancaman langsung terhadap pasokan air semenanjung atau risiko banjir. Tetapi ada potensi ancaman serius di masa depan.
"Ada risiko Kanal Krimea Utara akan menjadi lebih dangkal," kata Aksyonov.
Aksyonov mengatakan, untuk saat ini waduk Krimea terisi sekitar 80 persen dari kapasitasnya. Sementara Kanal Krimea Utara saat ini menampung sekitar 40 juta meter kubik air.
"Air minum sudah lebih dari cukup. Upaya sedang dilakukan untuk meminimalisir kehilangan air di kanal," kata Aksyonov dalam keterangan di aplikasi pesan Telegram.