REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Iran akhirnya resmi membuka kembali kedutaan besarnya di Arab Saudi, Selasa (6/6/2023). Kantor misi diplomatik Iran di Saudi telah ditutup selama tujuh tahun menyusul perselisihan antara kedua negara.
Untuk menandai peresmian, sebuah upacara digelar di area kompleks Kedutaan Besar (Kedubes) Iran di Riyadh. Puluhan pejabat dan diplomat berpartisipasi dalam acara tersebut, termasuk Wakil Menteri Luar Negeri Iran Alireza Begdali dan perwakilan Iran di Jeddah, Hassan Zarnagar.
Rekaman video yang ditayangkan stasiun televisi al-Hadath memperlihatkan bendera Iran dikibarkan di luar gedung kedutaan besarnya di Riyadh. Proses pengibaran diiringi pemutaran lagu kebangsaan Iran. "Kami menganggap hari ini sebagai hari penting dalam hubungan antara Republik Islam Iran dan Arab Saudi," kata Alireza Begdali dalam pidatonya saat upacara.
"Kawasan ini akan bergerak Insya Allah menuju kerja sama dan konvergensi yang lebih besar untuk mencapai stabilitas, kemakmuran, serta kemajuan," ujar Begdali menambahkan.
Sementara itu, Pemerintah Arab Saudi belum mengumumkan kapan akan membuka kembali kedubesnya di Iran. Pada Maret lalu, Iran dan Arab Saudi berhasil mencapai kesepakatan rekonsiliasi. Cina berperan besar dalam memediasi kedua negara. Kesepakatan rekonsiliasi Iran-Saudi diberi nama Beijing Agreement. Hal itu karena proses pembicaraan berlangsung di Beijing.
Pulihnya hubungan Iran dengan Saudi dipandang positif dan dinilai akan membantu penyelesaian beberapa masalah di kawasan, terutama konflik Yaman. Dalam konflik Yaman, Saudi diketahui mendukung pasukan pemerintah. Sementara Iran menyokong kelompok pemberontak Houthi. Sejak rekonsiliasi tercapai, Riyadh dan Teheran berkomitmen untuk bekerja sama guna mengakhiri konflik Yaman yang telah berlangsung sejak 2014.
Saudi memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran pada 2016. Langkah itu diambil setelah Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran digeruduk dan dibakar massa pengunjuk rasa. Penggerudukan itu terjadi saat warga Iran berdemonstrasi memprotes keputusan Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah bernama Nimr al-Nimr.