REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Cina membawa ancaman yang terus berkembang bagi keamanan global. Jerman menyampaikan hal tersebut saat mempublikasikan strategi keamanan nasional (NSS) perdananya, Rabu (14/6/2023).
Dengan bahasa langsung, dalam dokumen strategi itu, Jerman menggambarkan Beijing bergerak secara agresif menjadi supremasi di Asia dan menggunakan kekuatan ekonomi untuk mencapai tujuan politiknya.
‘’Perubahan besar sedang dilakukan kami di Jerman, bagaimana kami menangani kebijakan keamanan. Bergerak dari strategi militer ke konsep keamanan terintegrasi,’’ kata Kanselir Olaf Scholz saat memaparkan NSS.
Ia menambahkan strategi perinci mengenai Cina mesti segera disiapkan. Dokumen juga merangkum ancaman utama Jerman, dari perubahan iklim sampai disrupsi rantai pasok, termasuk kebijakan spesifik seperti menaikkan belanja pertahanan.
Selain itu membangun sebuah lembaga untuk mengatasi serangan siber. Dokumen NSS menekankan perlunya Jerman mengurangi ketregantungan pada negara lain terkait komoditas dan mendorong perusahaan untuk menguasai sumber daya strategis.
Ini relevan karena sekarang Jerman dan Eropa bergantung pada Cina untuk mendapatkan mineral utama. ‘’Cina memanfaatkan kekuatan ekonominya untuk mencapai tujuan politik,’’ jelas NSS. Sepekan ke depan, ada pertemuan Jerman-Cina di Berlin.
Transaksi ekspor dan impor dengan nilai 325 miliar dolar AS, Cina merupakan mitra daging paling penting bagi Jerman. Cina pun pasar utama perusahaan-perusahaan Jerman, termasuk bagi Volkswagen, BASF, dan BMW.
Namun para CEO Jerman juga meminta pemerintahnya tak bertindak gegabah. Ada risiko ekonomi yang bakal ditanggung jika menghentikan atau mengurangi hubungan dagang dengan Cina.
’’Memutuskan hubungan dengan Cina tak terpikirkan oleh hampir semua industri Jerman,’’ ujar CEO Mercedes-Benz, Ola Kaellenius pada April lalu. Di sisi lain, pengusaha Jerman juga menekankan perlunya solusi atas ketergantungan bahan mentah pada Cina.
Soal ketergantungan gas alam dari Rusia juga menjadi perhatian. Menlu Jerman Annalena Baerbock mengatakan, di masa mendatang pemerintah akan memikirkan lebih dalam soal isu keamanan ketika membuat kebijakan ekonomi.
‘’Kita membayar dua atau tiga kali untuk setiap kubik meter gas Rusia dengan keamanan nasional kita,’’ katanya. Maka, NSS menyebut Rusia akan tetap menjadi ancaman bagi perdamaian di Eropa.
Beberapa hari setelah invasi Rusia, Scholz menyatakan akan menginvestasikan lebih dari dua persen output ekonomi pertahanan. Menteri Keuangan Christian Lindner menyatakan, Jerman berharap mencapai dua persen belanja pertahanan dari tahun depan.