Kamis 15 Jun 2023 09:38 WIB

Tikus di Paris dan Film Animasi Ratatouille

Kemunculan tikus di restoran Paris telah menjadi pemandangan umum.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Film Ratatouille. Tikus di Paris adalah fakta dari kehidupan sehari-hari. Orang-orang di Paris sudah terbiasa dengan kehadiran tikus
Foto: Disney/Pixar
Film Ratatouille. Tikus di Paris adalah fakta dari kehidupan sehari-hari. Orang-orang di Paris sudah terbiasa dengan kehadiran tikus

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Tikus di Paris adalah fakta dari kehidupan sehari-hari. Orang-orang di Paris sudah terbiasa dengan kehadiran tikus, sehingga media lokal menulis candaan bahwa tikus adalah bagian dari dekorasi Paris yang tidak menyenangkan.

Kemunculan tikus di restoran Paris telah menjadi pemandangan umum. Jika ada pengunjung restoran yang komplain mengenai tikus, biasanya pelayan hanya meminta mereka untuk tenang dan tidak perlu khawatir.

Baca Juga

Faktanya, Paris adalah kota keempat dengan populasi tikus terbanyak di dunia, setelah Deshnoke di India, London, dan New York. Populasi tikus di Paris mencapai enam juta, lebih banyak daripada jumlah populasi manusia yang mencapai 2,1 juta.

Majalah Le Point melaporkan, Paris dan tikusnya memiliki sejarah yang panjang.  Selama berabad-abad, tikus telah hadir dalam kehidupan sehari-hari.  Pada abad ke-19, hewan pengerat berkerumun di selokan, tiang penyangga, bahkan di sarung tangan atau di panci masak.

“Kohabitasi Paris dengan tikusnya bukanlah hal baru. Selama berabad-abad hewan pengerat telah menjadi sahabat tertua penduduk ibu kota, membangkitkan rasa jijik, histeria, legenda, dan fantasi pada saat yang bersamaan," ujar laporan Le Point.

Tikus adalah penyebab utama penyebaran penyakit pes di abad ke-14 yang membunuh hampir separuh populasi. Namun seiring berjalannya waktu, tikus dilatih untuk tampil dalam pertunjukan, balapan, dan perkelahian.

Banyaknya populasi tikus di Paris kemungkinan telah menginspirasi pembuat film animasi Walt Disney untuk memproduksi Ratatouille. Film animasi Ratatouille bercerita tentang hewan pengerat bernama Rémy yang punya cita-cita menjadi koki Prancis. Ini telah menjadi film terlaris pada 2007 di Prancis.  Film ini menjual tiket lebih dari 60 juta dolar AS dan menjadi nomor satu di box office Prancis selama enam minggu, mengalahkan rekor yang dibuat oleh film Titanic.

Adegan kunci dari Ratatouille adalah ayah Rémy menunjukkan kepadanya sebuah toko pengendalian hama dan memberitahunya bahwa manusia melakukan hal-hal buruk terhadap hewan pengerat. Diiringi musik latar yang menakutkan dan cahaya lampu jalan di malam yang basah, sang ayah menunjuk sejumlah tikus mati yang digantung dengan tali di jendela.  Rak-rak toko memiliki perangkap dan kotak racun tikus yang tampak seperti abad pertengahan.

The Seattle Times melaporkan, film animasi Ratatouille dan Rémy telah menjadikan toko perangkap tikus di kehidupan nyata di pusat kota Paris yang ditampilkan dalam film tersebut, Aurouze, sebagai objek wisata. Ketika itu, seorang mahasiswa dari pinggiran Paris, Rabie Cheklat  melakukan perjalanan ke Kota Paris untuk mengunjungi toko Aurouze.

“Saya samar-samar ingat melihat toko itu saat masih kecil dan ketika saya menonton filmnya saya berkata, 'Saya tahu tempat itu'. Saya ingin datang melihat-lihat lagi," ujar Cheklat.

Aurouze telah membunuh tikus selama 135 tahun. Toko itu menggantung 21 tikus mati di jendelanya. Toko pembasmi tikus ini sudah ada sejak 1925. Toko tersebut kini di pegang oleh Cécile Aurouze bersama saudara laki-lalinya, Julien. Toko ini sudah dirintis oleh kakek buyut Cécile pada 1872.

"Kami tidak akan pernah menurunkannya (gantungan tikus mati di jendela). Mereka adalah lambang toko," ujar Cécile.

Cécile mengatakan, kebanyakan tikus hari ini dibasmi dengan anti-koagulan yang menyebabkan mereka mati karena pendarahan internal. Sementara perangkap tikus kuno lebih cocok digunakan untuk rumahan, bukan serangan perkotaan besar.

Secara hukum, setiap ruang bawah tanah di Paris harus ditaburi racun tikus.  Cécile mengatakan, beberapa restoran dan toko makanan paling terkenal di Paris adalah pelanggan penting.

"Tapi saya tidak akan menyebutkan nama restoran yang jadi klien, karena ini rahasia dan mungkin mereka bisa malu," ujar Cécile.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement