REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL – Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) meminta para peserta Konferensi Brussel untuk melibatkan para pengungsi Palestina dalam program bantuan mereka ke Suriah. UNRWA mengungkapkan, kehidupan pengungsi Palestina di Suriah semakin rentan dan memprihatinkan.
“UNRWA menyediakan layanan penting seperti pendidikan, perawatan kesehatan, dan dukungan psikososial kepada sekitar 438 ribu pengungsi Palestina yang tetap tinggal di Suriah dan 50 ribu pengungsi Palestina yang melarikan diri ke Yordania dan Lebanon. Sebagian besar dari mereka hidup dalam kemiskinan parah serta bergantung pada bantuan tunai dan barang-barang dari UNRWA untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka,” kata Direktur Kemitraan UNRWA Karim Amer kepada para peserta Konferensi Brussel VII, Kamis (15/6/2023), dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA.
Karena saat ini UNRWA sedang menghadapi krisis finansial terparah, Amer meminta para peserta Konferensi Brussel turut memperhatikan kondisi pengungsi Palestina di Suriah. “UNRWA menyerukan keikutsertaan pengungsi Palestina dalam respons kemanusiaan di Suriah dan kawasan guna melanjutkan layanan-layanan penting kami dan menghindari penurunan lebih lanjut dalam kondisi kehidupan mereka,” ucapnya.
Konferensi Brussel telah rutin digelar setiap tahun sejak 2017. Konferensi tersebut diselenggarakan oleh European External Action Service (EEAS), dinas diplomatik dan gabungan kementerian luar negeri serta pertahanan Uni Eropa. Pada tahun-tahun sebelumnya, PBB juga bertindak sebagai tuan rumah.
Tujuan utama Konferensi Brussel adalah mempertahankan dukungan untuk rakyat Suriah dan memobilisasi komunitas internasional untuk mendukung solusi politik yang komprehensif dan kredibel guna mengakhiri konflik sipil di negara tersebut. Konflik Suriah telah berlangsung sejak 2011. Peperangan sudah menyebabkan lebih dari setengah juta orang tewas. Sementara setidaknya 10 juta warga Suriah terpaksa mengungsi ke berbagai negara, termasuk Eropa.
Terkait UNRWA, saat ini badan tersebut memberikan pelayanan dan perlindungan kepada lebih dari 5 juta pengungsi Palestina yang tersebar di Tepi Barat, Jalur Gaza, Yordania, Suriah, dan Lebanon. Namun kini UNRWA sedang menghadapi krisis keuangan terburuk dan terancam tak bisa melanjutkan program-programnya jika tak memperoleh suntikan dana yang dibutuhkan.
Awal bulan ini negara-negara donor UNRWA berjanji menyediakan dana sebesar 107 juta dolar AS untuk badan tersebut. Jumlah itu lebih sedikit dari yang diminta UNRWA, yakni sebesar 300 juta dolar AS. Dalam pertemuan yang digelar di Majelis Umum PBB pada 2 Juni 2023 lalu, para donor mengumumkan 812 juta dolar AS untuk UNRWA dalam bentuk komitmen. Namun hanya 107,2 juta dolar AS yang merupakan kontribusi baru. Negara-negara yang menjanjikan dana terbaru tidak diumumkan.
Dalam 10 tahun terakhir, UNRWA sudah menghadapi krisis keuangan. Namun Sekretaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan, krisis yang dihadapi saat ini sangat parah dan dipandang sebagai ancaman eksistensial utama UNRWA. “Saat saya berbicara kepada Anda hari ini, saya tidak memiliki dana untuk menjaga agar sekolah, pusat kesehatan, dan layanan kami lainnya tetap berjalan hingga September,” kata Lazzarini saat berbicara dalam pertemuan di Majelis Umum PBB, 2 Juni 2023 lalu.
Dia menambahkan, kemampuan UNRWA untuk menangani krisis keuangan yang dihadapinya, perlahan tapi pasti, akan segera menemui akhir. “Situasinya bahkan lebih kritis sekarang karena beberapa donor kami yang berkomitmen telah mengindikasikan bahwa secara substansial akan mengurangi kontribusi mereka kepada UNRWA,” ujarnya.