Jumat 16 Jun 2023 16:30 WIB

ICRC: Rakyat Suriah Membutuhkan Bantuan Lebih Banyak dari Sebelumnya

Lembaga PBB meminta negara-negara pendonor yang berkumpul di Brussels pekan ini.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Warga Suriah berjalan di sebuah kamp pengungsi untuk orang-orang terlantar yang dikelola oleh Bulan Sabit Merah Turki di distrik Sarmada, utara kota Idlib, Suriah, Jumat, 26 November 2021.
Foto: AP Photo/Francisco Seco
Warga Suriah berjalan di sebuah kamp pengungsi untuk orang-orang terlantar yang dikelola oleh Bulan Sabit Merah Turki di distrik Sarmada, utara kota Idlib, Suriah, Jumat, 26 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kepala Regional Komite Palang Merah Internasional Fabrizio Carboni mengatakan, masyarakat Suriah yang lelah pada perang sangat kesulitan. Sehingga mereka membutuhkan bantuan "lebih banyak" dibandingkan yang mungkin dilakukan saat ini.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan kebutuhan kemanusian Suriah saat ini lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Warisan kehancuran perang 12 tahun yang diperburuk krisis ekonomi menjatuhkan pound Suriah dan mendorong hampir seluruh negeri ke bawah garis kemiskinan.

Baca Juga

"Saya kira bila kami fokus pada rakyat Suriah, situasi mereka membutuhkan cara yang lebih banyak dari yang mungkin dilakukan hari ini," kata Carboni di Brussels, Belgia, Jumat (16/6/2023).

Lembaga PBB meminta negara-negara pendonor yang berkumpul di Brussels pekan ini. PBB membutuhkan dana 11,1 miliar dolar AS untuk membantu warga Suriah di dalam negeri dan yang mengungsi keluar negeri.

Sebanyak 5 miliar dolar AS dijanjikan dalam bentuk hibah pada tahun 2023 dan 1 miliar dolar AS lainnya pada tahun 2024 dan selanjutnya.

Lebih dari 6 juta warga Suriah mengungsi di dalam negeri dan 5,5 juta pengungsi Suriah tinggal di negara-negara tetangga seperti Turki, Lebanon, Yordania, Irak dan Mesir. Lembaga-lembaga kemanusiaan sudah memangkas bantuan karena masalah pendanaan.

Mulai pekan ini Program Pangan Dunia akan memotong...

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement