Selasa 20 Jun 2023 07:21 WIB

Menlu AS tak Dukung Kemerdekaan Taiwan

AS mengharapkan resolusi damai untuk perselisihan di Selat Taiwan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kiri) berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri China Qin Gang (kanan) di Diaoyutai State Guesthouse di Beijing, China,  Ahad (18/6/2023).
Foto: Leah Millis/Pool Photo via AP
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kiri) berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri China Qin Gang (kanan) di Diaoyutai State Guesthouse di Beijing, China, Ahad (18/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, mengatakan negaranya tidak mendukung kemerdekaan Taiwan. Hal itu disampaikan setelah dia melakukan pertemuan dengan Presiden Cina Xi Jinping di Beijing, Senin (19/6/2023).

“Kami tidak mendukung kemerdekaan Taiwan. Kami tetap menentang setiap perubahan sepihak terhadap status quo (Selat Taiwan) oleh kedua belah pihak,” kata Blinken dalam konferensi pers seusai bertemu Xi Jinping, dikutip laman Fox News.

Baca Juga

Dia mengungkapkan, AS mengharapkan resolusi damai untuk perselisihan di Selat Taiwan. Kendati tak mendukung kemerdekaan Taiwan, Blinken menekankan, AS akan tetap membantu Taipei untuk memiliki kemampuan pertahanan diri. Sebab hal itu telah dimandatkan dalam undang-undang (UU) AS.

“Kami tetap berkomitmen untuk melanjutkan tanggung jawab kami di bawah Taiwan Relations Act (UU Hubungan Taiwan), termasuk memastikan Taiwan memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri," ujar Blinken.

Pada saat bersamaan, AS dan beberapa negara lainnya, kata Blinken, tetap memiliki keprihatinan mendalam atas sejumlah tindakan provokatif yang diambil Cina sejak 2016.

“Alasan mengapa hal ini menjadi perhatian banyak negara, bukan hanya AS, adalah karena akan terjadi krisis atas Taiwan, kemungkinan besar hal itu dapat menghasilkan krisis ekonomi yang dapat mempengaruhi secara harfiah seluruh dunia,” ucapnya.

Isu Taiwan mewakili risiko paling menonjol dalam...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement