Rabu 21 Jun 2023 18:49 WIB

Sebut Xi Jinping Diktator, Cina: Biden Coreng Martabat Politik Cina

Beijing menilai komentar Biden tersebut tak bertanggung jawab.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Pemerintah Cina mengkritik keras pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang menyebut Xi Jinping sebagai diktator.
Foto: AP Photo/Susan Walsh
Pemerintah Cina mengkritik keras pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang menyebut Xi Jinping sebagai diktator.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah Cina mengkritik keras pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang menyebut Xi Jinping sebagai diktator. Selain absurd, Beijing menilai komentar Biden tersebut tak bertanggung jawab.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Mao Ning mengatakan, pernyataan Biden yang menyebut Xi Jinping diktator sangat melanggar fakta, protokol diplomatik, dan martabat politik Cina. “Itu adalah provokasi politik terbuka,” ujar Mao dalam pengarahan pers, Rabu (21/6/2023).

Baca Juga

Mao pun menjelaskan kembali tentang balon udara milik Cina yang dituding melakukan kegiatan mata-mata oleh AS. Dia menekankan, balon tersebut secara tidak sengaja memasuki wilayah AS dan Beijing tak memiliki kontrol atasnya.

Biden menyebut Presiden Cina Xi Jinping sebagai diktator ketika sedang berpidato di acara penggalangan dana di California, Selasa lalu. Predikat diktator terlontar dari mulut Biden ketika dia tengah menceritakan tentang balon udara milik Cina yang ditembak jatuh AS karena diyakini melakukan aktivitas mata-mata pada Februari lalu.

"Alasan mengapa Xi Jinping menjadi sangat kesal ketika saya menembak jatuh balon itu, dengan dua mobil boks yang penuh dengan peralatan mata-mata di dalamnya, adalah dia tidak tahu balon itu ada di sana," kata Biden.

"Itu sangat memalukan bagi para diktator. Ketika mereka tidak tahu apa yang terjadi. Itu tidak seharusnya terjadi. Itu meledak," tambah Biden.

Pada 4 Februari 2023 lalu, AS menembak jatuh balon udara milik Cina yang telah terbang di wilayahnya selama beberapa hari. Washington menuduh balon tersebut melakukan aktivitas pengintaian atau mata-mata. Salah satu wilayah yang dilintasi balon tersebut adalah Montana, yakni rumah bagi salah satu dari tiga ladang silo rudal nuklir di Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom.

AS menyebut masuknya balon Cina ke wilayahnya merupakan pelanggaran yang tak dapat diterima. Jet tempur AS menembak jatuh balon tersebut di lepas pantai Carolina Selatan. Pada 3 Februari 2023, Pemerintah Cina mengonfirmasi bahwa balon udara yang memasuki wilayah AS adalah miliknya. Namun Beijing membantah tuduhan AS yang menyebut balon itu melakukan aktivitas pengintaian.

“Pesawat itu dari Cina dan bersifat sipil, digunakan untuk meteorologi dan penelitian ilmiah lainnya. Karena pengaruh angin barat dan kemampuan kontrolnya yang terbatas, pesawat itu menyimpang dari jalur yang dimaksudkan,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina dalam sebuah pernyataan.

Keputusan AS menembak jatuh balon udara tersebut membuat Cina berang. Kejadian itu seketika meningkatkan ketegangan hubungan antara Washington dan Beijing. Kedua negara itu diketahui telah terlibat pertentangan dalam beberapa isu, antara lain terkait Taiwan dan persengketaan klaim di Laut Cina Selatan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement