Senin 26 Jun 2023 20:06 WIB

Pejuang Hizbullah Kembali Permalukan Militer Israel

Hizbullah menembak jatuh drone militer Israel yang memasuki wilayah Lebanon.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Tank canggih Merkava Israel kala menyerang Hizbullah di Beirut. ilustrasi
Foto: bbc.com
Tank canggih Merkava Israel kala menyerang Hizbullah di Beirut. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kelompok Hizbullah mengatakan telah menembak pesawat nirawak (drone) Israel yang terbang ke wilayah udara Lebanon, Senin (26/6/2023). Pesawat drone itu ditembak saat melintas di dekat kota Zibqin, Lebanon selatan.

Kantor media Hizbullah membagikan kabar penembakan drone Israel itu kepada Reuters. Militer Israel pun mengonfirmasi hal tersebut. “Beberapa saat yang lalu, sebuah drone IDF (Pasukan Pertahanan Israel) jatuh di wilayah Lebanon selama aktivitas rutin,” kata IDF dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

IDF tak memberikan penjelasan lebih terperinci tentang jatuhnya drone milik mereka di Lebanon. Awal bulan ini PBB sempat mendesak Israel dan Lebanon menahan diri dalam merespons ketegangan yang terjadi di wilayah perbatasan kedua negara. Hal itu sehubungan dengan aktivitas konstruksi Israel yang ditentang warga Lebanon karena dianggap memakan lahan mereka.

"Kami mendesak para pihak untuk menggunakan mekanisme koordinasi kami secara efektif untuk mencegah kesalahpahaman dan pelanggaran serta berkontribusi untuk menjaga stabilitas di kawasan," ujar Juru Bicara United Nations Interim Forces in Lebanon (UNIFIL) Andrea Tenenti, 9 Juni 2023 lalu.

Israel dan Lebanon terakhir kali terlibat dalam konflik terbuka pada 2006. Kedua negara secara resmi tetap berperang, dengan penjaga perdamaian PBB berpatroli di perbatasan darat. Pada 2020, Israel dan Lebanon sepakat melanjutkan negosiasi terkait sengketa perbatasan maritim kedua negara. Pembicaraan sempat terhenti, tapi dihidupkan kembali pada Juni tahun itu.

Pada 27 Oktober 2022 lalu, Israel dan Lebanon resmi meratifikasi perjanjian batas maritim yang dimediasi Amerika Serikat. Perjanjian itu diteken oleh mantan presiden Lebanon Michel Aoun dan mantan perdana menteri Israel Yair Lapid.

Keduanya menyatakan kepuasan atas kesepakatan tersebut. Namun kala itu Aoun menegaskan bahwa kesepakatan penyelesaian batas maritim itu tidak sama dengan normalisasi hubungan dengan Israel. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement