REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN -- Hampir 36 juta orang di Eropa mungkin memiliki masalah kesehatan jangka panjang akibat infeksi virus corona yang mereka dapatkan selama tiga tahun pertama pandemi Covid-19, kata Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Hans Kluge, Selasa (27/6/2023).
Kluge mengatakan long Covid tetap menjadi kondisi kompleks (yang) masih sangat sedikit yang kita ketahui dan titik buta yang mencolok dalam pengetahuan kita. “Kecuali kita mengembangkan diagnostik dan pengobatan komprehensif untuk Covid yang lama, kita tidak akan pernah benar-benar pulih dari pandemi,” kata Kluge, menegaskan kembali bahwa orang dewasa yang lebih tua, orang dengan kondisi medis yang mendasarinya, dan orang lain dengan sistem kekebalan yang lemah harus terus divaksinasi.
Sementara kebanyakan orang pulih dari Covid-19 dalam beberapa minggu setelah terinfeksi, beberapa orang melaporkan terus mengalami kelelahan, sesak napas, dan kabut otak.
Wilayah pengawasan WHO di Eropa mencakup 53 negara dari Irlandia hingga Uzbekistan dengan populasi gabungan lebih dari 900 juta. Statistik dari peneliti University of Washington menunjukkan bahwa sekitar satu dari 30 penduduk di kawasan itu pernah mengalami long Covid dalam tiga tahun terakhir.
"Asal usul virus yang memicu penguncian yang dulunya tidak terpikirkan, menjungkirbalikkan ekonomi, dan membunuh jutaan orang di seluruh dunia belum diketahui," kata Kluge.
Bulan lalu, WHO mengatakan bahwa Covid-19 tidak lagi memenuhi syarat sebagai darurat global. Pengumuman itu dibuat lebih dari tiga tahun setelah WHO menyatakan virus corona sebagai krisis internasional.
Badan kesehatan PBB itu mengatakan tidak berarti pandemi telah berakhir, mencatat lonjakan kasus baru-baru ini di Asia Tenggara dan Timur Tengah.
"Di Eropa, Covid-19 mengeksploitasi epidemi penyakit, termasuk kanker, penyakit kardiovaskular, diabetes, dan penyakit paru-paru kronis, yang menyebabkan 75 persen kematian,” tutur Kluge.
“Mereka yang memiliki kondisi mendasar seperti itu, masih jauh lebih rentan terhadap kondisi terparah akibat Covid-19,” tambahnya.