REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengatakan pada Rabu (28/6/2023), tidak akan lagi mengunggah informasi ke media sosial dan mengganti fungsi itu ke Telegram. Padahal dia dikenal sebagai pengguna Facebook yang sangat aktif.
Hun Sen mengatakan, alasan melepaskan Facebook berpindah ke Telegram karena dinilai lebih efektif untuk berkomunikasi. Dalam sebuah posting Telegram pada Rabu, dia mengatakan akan lebih mudah baginya untuk menyampaikan pesannya ketika bepergian ke negara lain yang secara resmi melarang penggunaan Facebook, seperti Cina, sekutu utama pemerintahannya.
Pemimpin Kamboja selama 38 tahun ini memiliki 855.000 pengikut sejauh ini di Telegram. Dia tampaknya mulai memposting pada pertengahan Mei.
Namun, ada kemungkinan bahwa peralihan loyalitas media sosial Hun Sen ada hubungannya dengan kontroversi atas pernyataan yang dia posting di Facebook pada Januari. Dia mengeluarkan ancaman kepada politisi oposisi yang menuduh Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa mencuri suara.
“Hanya ada dua pilihan. Salah satunya menggunakan cara hukum dan yang lainnya menggunakan tongkat,” kata perdana menteri.
“Entah Anda menghadapi tindakan hukum di pengadilan, atau saya mengumpulkan orang-orang Partai Rakyat (Kamboja) untuk demonstrasi dan memukuli Anda," ujar Hun Sen di Facebook Live dan disimpan daring sebagai video.
Telegram adalah aplikasi perpesanan populer yang juga memiliki alat blogging yang disebut "saluran". Rusia dan beberapa negara baik pejabat pemerintah maupun aktivis oposisi memilih berkomunikasi dengan khalayak ramai dengan aplikasi tersebut.
Telegram memainkan peran penting dalam mengoordinasikan protes anti-pemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya di Belarusia pada 2020. Saat ini aplikasi itu berfungsi sebagai sumber utama berita tentang perang Rusia di Ukraina.
Pria berusia 70 tahun terdaftar memiliki 14 juta pengikut Facebook. Meskipun para kritikus mengatakan, sejumlah besar hanyalah akun "hantu" yang dibeli secara massal dari "peternakan klik".
Hun Sen secara resmi meluncurkan halaman Facebook pada 20 September 2015, setelah saingan politiknya yang merupakan pemimpin oposisi Sam Rainsy secara efektif menunjukkan cara memobilisasi dukungan.
Menurut Hun Sen, akun Facebook-nya akan tetap ada tetapi dia tidak lagi aktif memposting. Dia mendesak orang-orang yang mencari berita darinya untuk memeriksa YouTube dan akun Instagram, serta Telegram. Dia mengatakan, telah memerintahkan kantornya untuk membuat akun TikTok agar dapat berkomunikasi dengan para pemuda negaranya.