Kamis 06 Jul 2023 08:43 WIB

Kremlin Bantah Xi Jinping Pernah Mendesak Putin tak Pakai Senjata Nuklir di Ukraina

Beijing sebelumnya mengusulkan 12 poin rencana perdamaian Rusia dan Ukraina.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
 Presiden China Xi Jinping (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan).
Foto: EPA-EFE/VLADIMIR ASTAPKOVICH / SPUTNIK / KREM
Presiden China Xi Jinping (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kremlin telah membantah sebuah laporan bahwa Presiden Cina, Xi Jinping, secara pribadi memperingatkan mitranya dari Rusia, Presiden Vladimir Putin, untuk tidak menggunakan senjata nuklir di Ukraina. Laporan tersebut menyebut Xi Jinping memperingatkan Rusia agar tidak menggunakan senjata nuklir saat berkunjung ke Moskow pada Maret lalu.

"Tidak, saya tidak dapat mengkonfirmasikannya," ujar juru bicara Putin, Dmitry Peskov, kepada para wartawan pada Rabu (5/6/2023), ketika ditanya mengenai laporan Financial Times soal pernyataan Xi ke Putin Maret lalu.

Baca Juga

Peskov mengatakan kedua negara telah mengeluarkan pernyataan pada saat itu mengenai isi pembicaraan mereka. Dan Peskov menyebut semua laporan lain di luar pernyataan resmi yang telah dikeluarkan, mengenai kunjungan kenegaraan Xi ke Moskow sebagai 'fiksi'.

Peskov menegaskan sejak dimulainya perang di Ukraina, Xi tidak tergoyahkan dalam dukungannya untuk sahabatnya Putin. Sementara Beijing telah membantu menopang ekonomi Rusia yang terkena sanksi.

Cina juga telah berulang kali menyatakan secara terbuka penentangannya terhadap penggunaan senjata nuklir di Ukraina. Pada bulan November, Xi mengatakan kepada kanselir Jerman, Olaf Scholz, bahwa komunitas internasional harus menentang ancaman atau penggunaan senjata-senjata semacam itu dan mencegah krisis nuklir di Eurasia.

Xi dilaporkan menyampaikan peringatan nuklirnya kepada Putin ketika melakukan perjalanan luar negeri pertamanya setelah mengamankan masa jabatan ketiga sebagai presiden. Xi ingin menunjukkan kekhawatiran Cina, kemungkinan bahwa perang di Ukraina akan meningkat lebih jauh.

Beijing sebelumnya mengusulkan 12 poin rencana perdamaian, mendesak semua pihak untuk menghindari eskalasi nuklir namun secara kritis tidak menyarankan Rusia untuk menarik pasukannya dari Ukraina.

Beberapa sekutu barat yang dukung Kiev telah skeptis terhadap kredensial pencegahan Beijing mengingat kemitraan tanpa batas Xi dengan Putin. Meskipun presiden Cina tidak secara eksplisit mendukung invasi tersebut, ia menolak untuk mengutuknya dan telah menggemakan banyak pembenaran Rusia atas perang tersebut.

Ia menyalahkan Barat karena memicu konflik dengan memasok senjata ke Ukraina. Sejak memerintahkan pasukannya ke Ukraina, Putin sesekali mengeluarkan ancaman terselubung untuk menggunakan senjata nuklir terhadap negara tersebut.

Putin memperingatkan Barat pada September lalu bahwa ia tidak sedang menggertak, ketika mengatakan Moskow akan menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi Rusia dan rakyat kami. Beberapa analis yang terkait dengan Kremlin juga telah menganjurkan serangan nuklir pre-emptive di Eropa.

Putin baru-baru ini terlihat melunakkan retorika nuklirnya. Berbicara di sebuah konferensi di St Petersburg bulan lalu, ia mengatakan bahwa tidak perlu menggunakan senjata nuklir. Terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, ia mengklaim bahwa pasukan Rusia telah menempatkan benda-benda yang menyerupai bahan peledak di atap-atap bangunan di lokasi tersebut.

Mengutip intelijen Ukraina, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, mengatakan bahwa benda-benda tersebut telah diposisikan di atap beberapa unit pembangkit listrik di PLTN yang diduduki Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement