REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel dan Amerika Serikat (AS) telah mengerjakan rencana rahasia untuk membangun jembatan perdagangan darat yang menghubungkan Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, Yordania, dan Israel. Jembatan darat ini akan mengarah dari Dubai ke pelabuhan Israel di Haifa.
Menurut laporan Ynet News, jembatan ini dimaksudkan untuk mengekspor barang dari Timur ke Eropa melalui Israel, dan untuk pergerakan turis. Menurut surat kabar Israel The Jerusalem Post, rencana tersebut disusun oleh Shira Greenberg, kepala ekonom Kementerian Keuangan pada masa pemerintahan Yair Lapid.
Truk dapat mengangkut barang melalui koridor perdagangan ini, secara signifikan mengurangi biaya dan waktu transportasi. Idenya adalah untuk memungkinkan kedatangan satu truk dan pengemudi dari Dubai ke pelabuhan Haifa, tanpa harus berganti pengemudi dan truk di perlintasan perbatasan antar negara. Ynet News melaporkan, rencana tersebut telah disampaikan kepada Utusan Khusus AS, Amos Hochstein.
Menurut pejabat senior Israel, AS sangat antusias dengan rencana tersebut dan mulai mempromosikannya dengan negara-negara yang terlibat yaitu UEA, Arab Saudi, dan Yordania.
Proyek infrastruktur ini melintasi perbatasan yang akan dimulai di UEA, melewati Arab Saudi dan berakhir di pelabuhan Israel. Kemudian meluas ke Bahrain dan Oman.
Ynet News melaporkan, rencana tersebut diharapkan dapat direalisasikan sebelum Israel dan Arab Saudi menjalin hubungan formal. Karena semua pihak akan mendapat manfaat dari waktu transit yang lebih singkat dan biaya pengiriman yang rendah. Hal ini juga menjembatani kesenjangan antara Timur Jauh dan Eropa.
Rencana tersebut akan mewajibkan semua negara untuk menyepakati standarisasi truk sehingga mereka dapat bergerak di antara semua negara. Termasuk menyepakati surat izin mengemudi bagi pengemudi yang berwenang untuk melakukan perjalanan, tanpa penundaan di sepanjang rute.
Proyek tersebut akan mempromosikan konektivitas antara Israel dan negara-negara kawasan dalam bidang transportasi, infrastruktur, dan informasi. Sumber yang mengetahui detail rencana tersebut mengonfirmasi bahwa proyek ini dapat berlangsung berkat penandatanganan Kesepakatan Abraham atau Abraham Accords, dan komitmen AS untuk mempromosikan perdamaian di wilayah itu.
"Abraham Accords telah mengubah realitas politik di wilayah kami dan membuka rute transportasi baru. Proyek konektivitas darat regional antara negara-negara Teluk dan Israel akan menjadi pengubah permainan yang akan meningkatkan perdagangan global di Timur Tengah, meningkatkan posisi Israel sebagai pusat transportasi barang dari Timur Jauh ke dunia Barat dan menyoroti peran Amerika Serikat di kawasan tersebut," ujar Dokumen Kementerian Luar Negeri yang diperoleh oleh Ynet News dan surat kabar Yedioth Ahronoth.