REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Sedikitnya 10 imigran hilang dan satu orang tewas setelah perahu mereka tenggelam di lepas pantai Tunisia. Seorang pejabat kehakiman mengatakan pada Ahad (9/7/2023), kapal ini mencoba menyeberangi Laut Mediterania menuju Italia.
Penjaga pantai mengumumkan telah menyelamatkan 11 orang dari mereka yang berada di atas kapal, sementara satu orang telah dinyatakan meninggal dengan jasad yang berada di atas kapal. "Kapal imigran ini diduga berangkat dari pantai Zarzis," kata Faouzi Masmoudi, seorang penegak hukum di kota Sfax, Tunisia kepada Reuters.
Sebelumnya pada Kamis pekan lalu, pihak Tunisia juga telah menemukan 14 mayat migran dari wilayah sub-Sahara Afrika di Laut Mediterania. Juru bicara Garda Nasional juga mengumumkan pada Kamis 41 imigran Tunisia, termasuk lima wanita dan sembilan anak-anak, telah "diselamatkan" di lepas pantai Sousse.
Puluhan migran, sebagian besar dari sub-Sahara Afrika, telah terkatung-katung di lepas pantai laut Tunisia dalam beberapa minggu terakhir dalam upaya putus asa untuk mencapai Eropa. Negara yang garis pantainya berjarak kurang dari 150 kilometer (90 mil) dari pulau Lampedusa di Italia ini telah lama menjadi tempat favorit bagi para migran yang ingin melakukan perjalanan tersebut.
Keberangkatan para migran dari Afrika sub-Sahara semakin meningkat setelah Presiden Tunisia Kais Saied memberikan pidato yang menghasut pada bulan Februari yang menuduh kelompok imigran gelap ini, telah menyebabkan gelombang kejahatan di Tunisia.
Komentar tersebut memicu gelombang pengusiran dan kekerasan terhadap imigran kulit hitam. Kepala Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Volker Turk, menyuarakan keprihatinannya mengenai situasi para pencari suaka dan imigran, yang mencoba menyeberangi Laut Mediterania Tengah ini.
"Kami melihat peningkatan tajam dalam jumlah orang yang putus asa dan menempatkan hidup mereka dalam risiko besar," katanya dalam sebuah pernyataan. "Kita tidak bisa berdiam diri, dan terlibat dalam perdebatan tentang siapa yang bertanggung jawab. Nyawa manusia dipertaruhkan," ujarnya.
Penjaga pantai Tunisia mengatakan selama dua pekan terakhir, pihaknya telah mencegat lebih dari 14.000 migran yang mencoba mencapai Eropa. Mulai dari Januari hingga Maret, lebih dari lima kali lipat jumlah mereka yang mencoba melakukan perjalanan tersebut pada kuartal pertama tahun 2022.
Sejak 2014, lebih dari 26.000 orang telah meninggal atau hilang saat menyeberangi Mediterania, termasuk lebih dari 20.000 orang di sepanjang rute Mediterania Tengah, menurut PBB.