REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengungkapkan pandangan tentang status normalisasi Arab Saudi dengan Israel dalam wawancara CNN yang disiarkan pada Ahad (9/7/2023). Dia mengatakan, Israel dan Saudi masih jauh dari kesepakatan normalisasi karena melibatkan perjanjian pertahanan dan program nuklir sipil dari AS.
"Kita masih jauh dari sana. Banyak yang harus kita bicarakan," kata Biden dalam sebuah wawancara dengan "GPS Fareed Zakaria."
Biden menunjuk pada keputusan Saudi dalam kunjungannya ke negara itu musim panas lalu. Dalam kegiatan itu, AS hanya bisa mendorong Saudi membuka wilayah udaranya bagi semua maskapai penerbangan, membuka jalan bagi lebih banyak penerbangan ke dan dari Israel.
Presiden AS juga mencatat upaya menuju gencatan senjata permanen di Yaman. Konflik ini telah menewaskan puluhan ribu orang dan secara luas dipandang sebagai perang proksi antara Saudi dan Iran.
"Jadi, kami membuat kemajuan di kawasan itu dan itu tergantung pada perilaku dan apa yang diminta dari kami agar mereka mengakui Israel," kata Biden dalam wawancara tersebut.
"Terus terang, saya tidak berpikir mereka memiliki banyak masalah dengan Israel. Dan apakah kita akan menyediakan atau tidak sarana di mana mereka dapat memiliki tenaga nuklir sipil dan/atau menjadi penjamin keamanan mereka, itu saya pikir itu adalah agak jauh," ujarnya.
Tel Aviv mengatakan, pihaknya akan berkonsultasi dengan Washington mengenai kesepakatan Washington-Riyadh yang memengaruhi keamanan nasionalnya. Israel berada di luar Traktat Non-Proliferation Treaty (NPT) dan mengklaim tidak memiliki energi nuklir, walau diyakini secara luas memiliki persenjataan nuklir seperti Irak dan Libya.
Terlebih lagi, proses upaya untuk menormalkan hubungan dengan Saudi semakin sulit usai operasi militer ke kamp Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat pekan lalu. Pemerintah religius-nasionalis Israel telah mengakui kemunduran dalam upaya normalisasi di tengah kecaman Saudi atas kebijakannya terhadap Palestina.
Tapi, Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen menyuarakan catatan penuh harapan tentang partisipasi langka delegasi Israel di turnamen video-game sepak bola yang diselenggarakan di Riyadh selama akhir pekan. "Pada akhirnya kami ingin mencapai keadaan hubungan penuh, yang berarti kerja sama dalam masalah ekonomi, intelijen, pariwisata, penerbangan, dan lain-lain, dan saya rasa ini akan terjadi cepat atau lambat," katanya kepada Army Radio pada Ahad.
Asosiasi Sepak Bola Israel yang mengelola delegasi di Piala Dunia FIFAe Riyadh 2023,mengatakan, partisipasinya dimungkinkan oleh kesepakatan Saudi untuk menerima semua peserta. Keterlibatan ini diklaim bukan pengaturan apa pun antara pemerintah Saudi dan Israel.