Senin 17 Jul 2023 16:46 WIB

Taman Nasional Death Valley Catat Suhu Terpanas

Suhu terpanas yang pernah tercatat di bumi 56,67 derajat Celcius pada Juli 1913.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Death Valley National Park, AS
Foto: myfirstclasslife.com
Death Valley National Park, AS

REPUBLIKA.CO.ID, DEATH VALLEY -- Death Valley National Park yang membentang di sepanjang perbatasan Kalifornia tengah dengan Nevada telah lama menjadi tempat terpanas di Bumi. Pada Ahad (16/7/2023) Furnace Creek di Death Valley mencatat suhu tinggi yaitu mencapai 128 derajat Fahrenheit (53,33 derajat Celcius).

Randy Ceverny dari National Weather Service mengatakan, suhu terpanas yang pernah tercatat di bumi adalah 134 Fahrenheit (56,67 derajat Celcius) pada Juli 1913 di Furnace Creek. Suhu di atas 130 Fahrenheit (54,44 derajat Celcius) hanya tercatat beberapa kali di bumi dan sebagian besar terjadi di Death Valley.

Baca Juga

“Dengan pemanasan global, suhu seperti itu semakin mungkin terjadi," ujar Ceverny.

Ceverny mengatakan, untuk jangka panjang pemanasan global menyebabkan suhu ekstrem yang lebih tinggi dan lebih sering. Sementara untuk jangka pendek, suhu panas yang dirasakan pada akhir pekan didorong oleh tekanan tinggi tingkat atas yang sangat kuat di barat Amerika Serikat.

Furnace Creek adalah komunitas di dalam Taman Nasional Death Valley.  Ini adalah rumah bagi pusat pengunjung taman nasional. Di Furnace Creek terdapat termometer digital yang populer di kalangan turis. Pada Ahad sore, puluhan turis berkumpul di termometer, bahkan beberapa mengenakan mantel bulu sebagai lelucon. 

Termometer digital itu menunjukkan suhu 130 derajat Fahrenheit pada Ahad, tetapi itu bukan pembacaan resmi. Layanan Cuaca Nasional mengatakan suhu tertinggi yang tercatat pada Ahad adalah 128 Fahrenheit (53,3 derajat Celcius). 

William Cadwallader yang tinggal di Las Vegas, telah mengunjungi Death Valley pada musim panas selama bertahun-tahun. Dia mengunjungi Death Valley hanya untuk menambah pengalaman bahwa dia pernah pergi ke tempat terpanas di bumi.

"Saya hanya ingin pergi ke suatu tempat, seperti Gunung Everest, untuk mengatakan bahwa saya pernah melakukannya," kata Cadwallader.

Death Valley mendominasi catatan panas global. Beberapa ahli meteorologi memperdebatkan seberapa akurat catatan suhu panas Death Valley selama 110 tahun. Sejarawan cuaca, Christopher Burt memperdebatkannya karena beberapa alasan. Hal ini dia paparkan dalam blognya beberapa tahun lalu.

Dua suhu terpanas yang tercatat adalah 134 Fahrenheit pada 1913 di Death Valley, dan 131 Fahrenheit  (55 derajat Celcius) di Tunisia pada Juli 1931. Burt, seorang sejarawan cuaca untuk The Weather Company, menemukan kesalahan pada kedua pengukuran tersebut. Dia mencatat suhu tertinggi mencapai 130 Fahrenheit (54,4 derajat Celcius) pada Juli 2021 di Death Valley. Ini merupakan rekor suhu terpanas di bumi.

"130 derajat sangat jarang jika tidak unik," kata Burt.

Pada Juli 2021 dan Agustus 2020, Death Valley mencatat suhu 130 Fahrenheit (54,4 derajat Celcius). Namun kedua catatan ini masih menunggu konfirmasi. Para ilmuwan sejauh ini tidak menemukan masalah, tetapi mereka belum menyelesaikan analisisnya.

Burt mengatakan, ada tempat lain yang mirip dengan Death Valley yang mungkin sama panasnya, seperti Gurun Lut Iran. Tetapi Death Valley tidak berpenghuni sehingga tidak ada yang mengukurnya. Burt mengatakan, seseorang memutuskan untuk menempatkan stasiun cuaca resmi di Death Valley pada 1911. 

Gelombang panas hanyalah salah satu bagian dari cuaca ekstrem yang melanda AS selama akhir pekan.  Lima orang tewas di Pennsylvania pada Sabtu (15/7/2023) ketika hujan lebat menyebabkan banjir bandang yang menyapu banyak mobil. Seorang anak laki-laki berusia 9 bulan dan seorang anak perempuan berusia 2 tahun hilang terseret arus banjir. Sementara di Vermont, pihak berwenang mengkhawatirkan tanah longsor karena hujan terus berlanjut setelah banjir berhari-hari.

Temperatur Death Valley yang menunjukkan suhu tinggi terjadi di tengah bentangan cuaca panas terik yang telah menempatkan sekitar sepertiga orang Amerika di bawah kewaspadaan atas peringatan panas. Para ahli mengatakan gelombang panas lebih mematikan dari bencara alam lain seperti banjir.  

Penduduk di AS bagian barat telah lama terbiasa dengan suhu ekstrem. Suhu panas tidak menimbulkan dampak besar di Kalifornia selama akhir pekan. Pemerintah setmpat membuka pusat pendingin bagi masyarakat yang tidak memiliki akses AC agar tetap sejuk. Pihak berwenang juga membatalkan pacuan kuda pada akhir pekan dalam acara pembukaan California State Fair. Para pejabat mendesak pengunjung pameran untuk tetap terhidrasi dan mencari perlindungan di dalam salah satu dari tujuh gedung yang dilengkapi AC.

Suhu di Phoenix mencapai 114 Fahrenheit (45,56 derajat Celcius) pada Ahad. Phoenix telah mencatat suhu tinggi antara 110 Fahrenheit atau lebih selama 17 hari berturut-turut. Phoenix pernah mencatat rekor suhu tinggi selama 18  hari berturut-turut pada 1974. 

'Phoenix berada di jalur yang tepat untuk memecahkan rekor itu pada Selasa (18/7/2023)," kata Gabriel Lojero, seorang ahli meteorologi di National Weather Service.

Rekor panas dipecahkan di seluruh AS Selatan, dari Kalifornia hingga Florida. Kenaikan suhu juga terjadi di Eropa bersamaan dengan banjir yang dramatis di Timur Laut AS, India, Jepang, dan Cina.

Menurut Penganalisa Iklim Universitas Maine, selama hampir sepanjang Juli, dunia telah berada di wilayah panas yang belum dipetakan. Para ilmuwan mengatakan, 2023 dapat diprediksi sebagai turun tahun terpanas dalam catatan, dengan pengukuran kembali ke pertengahan abad ke-19.

Kombinasi perubahan iklim jangka panjang yang disebabkan oleh manusia dari pembakaran batu bara, minyak, dan gas alam membuat dunia semakin panas. Selain itu terjadi pasang surut dari tahun ke tahun. Sebagian besar pasang surut tersebut disebabkan oleh siklus alami El Nino dan La Nina.  Siklus El Nino yaitu pemanasan sebagian Pasifik yang mengubah cuaca dunia, sehinggga menambah lebih banyak panas pada suhu yang sudah meningkat.

Para ilmuwan mencatat, sebagian besar rekor pemanasan bumi yang sekarang terlihat berasal dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Sementara pemanasan karena El Nino cenderung masih lemah hingga sedang. Para ilmuwan memperkirakan tahun depan akan lebih panas dari tahun ini.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement