Selasa 18 Jul 2023 02:50 WIB

Indonesia dan AS Luncurkan Kemitraan Baru di Bidang Iklim dan Konservasi

Langkah ini mempercepat pencapian target penyerapan GRK dari sektor FOLU.

Bendera Indonesia dan Amerika Serikat (AS).
Foto: istimewa
Bendera Indonesia dan Amerika Serikat (AS).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia dan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) meluncurkan kemitraan iklim dan konservasi yang baru, yaitu Perjanjian Kerangka Kerja Bilateral Penyerapan Karbon Neto FOLU. Perjanjian ini ditandatangani oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Siti Nurbaya, dan Administrator USAID, Samantha Power.

Langkah ini akan memberikan dorongan yang signifikan bagi Indonesia untuk mencapai target Penyerapan Gas Rumah Kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (FOLU) pada tahun 2030, yang pertama kali diluncurkan secara resmi oleh Presiden Jokowi pada konferensi COP26 di Glasgow bulan November 2021 dan dikodifikasikan KLHK pada bulan Maret 2022 saat menerbitkan Rencana Operasional FOLU.

Baca Juga

Pada Mei 2022, KLHK mendapatkan dukungan untuk Rencana Operasional melalui Nota Kesepahaman dengan USAID, yang merupakan Nota Kesepahaman pertama dari banyak Nota Kesepahaman bilateral.

Di bawah Pemerintahan Presiden Jokowi, Indonesia telah membuat kemajuan yang mengesankan dalam konservasi hutan, mengurangi tingkat deforestasi sebesar 65 persen dalam tujuh tahun terakhir, dan menjadi yang terdepan di dunia dalam meningkatkan perlindungan hutan.  Kemitraan baru ini akan terus membangun hasil-hasil tersebut.

"Perjanjian ini merupakan tindak lanjut yang signifikan dari White House Fact Sheet yang dibahas oleh Presiden Jokowi dan Presiden Biden dalam pertemuan bilateral mereka di KTT G20 di Bali tahun lalu," kata Nurbaya dalam siaran pers yang Republika.co.id terima, Senin (17/7/2023).

Nurbaya menekankan perjanjian ini mencakup dukungan pendanaan iklim yang bertujuan untuk membantu Indonesia mencapai tujuan FOLU Net Sink 2030.  Tujuan-tujuan ini, yang membutuhkan dana sebesar 14,5 miliar dolar AS, sampai saat ini masih mengandalkan APBN Indonesia.

"Perjanjian ini akan membantu mencegah degradasi hutan; merehabilitasi hutan bakau dan lahan gambut; serta meningkatkan perlindungan terhadap satwa liar Indonesia yang luar biasa," ujar Administrator USAID, Samantha Power.

"Perjanjian ini akan melanjutkan upaya Indonesia selama tujuh tahun terakhir untuk mengurangi deforestasi hingga hampir dua pertiga. Selain itu, program ini juga akan membantu melestarikan sumber daya penting yang ditawarkan oleh hutan Indonesia, yaitu penyerap karbon yang sangat penting untuk menstabilkan iklim."

Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Sung Y Kim, mengatakan perjanjian ini memperkuat kemitraan AS untuk mendukung ketahanan Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim serta meningkatkan konservasi dan keanekaragaman hayati, termasuk perlindungan terhadap spesies ikonik Indonesia seperti orang utan.

Melalui Perjanjian Kerangka Kerja yang baru ini, USAID bertujuan untuk memberikan kontribusi hingga USD 50 juta selama lima tahun untuk mendukung tujuan iklim dan keanekaragaman hayati FOLU Net Sink KLHK. 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement