Sabtu 22 Jul 2023 09:04 WIB

Jangan Terlalu Berharap Swedia akan Larang Pembakaran Alquran 

Menurut PM Swedia, membakar kitab suci memang tercela tetapi bukan tindakan ilegal.

Siswa sekolah Islam Pakistan membaca Alquran di jalan saat demonstrasi menentang Swedia di Karachi, Pakistan, (6/7/2023).
Foto:

Partai ini, memiliki kebijakan yang tegas mengenai imigran. Mereka antiimigran dan kritis terhadap Islam. Hal ini ditegaskan Sekretaris Partai Demokra Swedia, Richard Jomshof melalui surat elektronik kepada Reuters. 

‘’Partai Demokrat Swedia, tak berpikir untuk melakukan pengubahan konstitusi atau mendukung langkah amendemen untuk disampaikan ke parlemen,’’ jelas Jomshof. Maka pembakaran Alquran dan jenis penistaan lainnya bisa tetap berlangsung di Swedia. 

Selain di Swedia, pembakaran Alquran diperbolehkan di Denmark dan Norwegia. Namun di Finlandia sebaliknya, penistaan terhadap kitab suci di hadapan publik menjadi tindakan ilegal. Sebenarnya Swedia pernah memiliki aturan seperti Finlandia tetapi dihapus pada 1970-an. 

Swedia memiliki undang-undang yang melarang ujaran kebencian terhadap etnik, kelompok nasional dan keagamaan, serta orientasi seks seseorang. Namun, membakar kitab suci tak masuk dalam kategori ujaran kebencian tetapi kritik yang bisa diterima. 

Jurnalis dan pakar kebebasan berpendapat, Nils Funcke menjelaskan, amendemen Public Order Act yang diajukan pemerintah akan mengalami proses sangat keras. Sebab ini akan bertentangan dengan konstitusi Swedia yang menjamin kebebasan. 

‘’Selamat mencoba menyusun hukum yang baru. Tak akan banyak lagi demonstrasi jika kita mendengar ancaman dari organisasi ekstremis di negara-negara seperti Irak atau Iran,’’ katanya. ‘’Lalu bagaimana Anda berunjuk rasa menentang orang seperti Presiden Rusia Vladimir Putin?’’

Hasil jajak pendapat Gallup pada 2022, Swedia merupakan negara di dunia dengan persentase tertinggi warganya yang menyatakan tak percaya Tuhan. Swedia menghapus UU larangan mengkritik atau mengolok-olok agama serta keluarga kerajaan pada 1970-an. 

‘’Ini tradisi kami. Argumennya, taka da alasan bagi agama bebas dari kritik saat hal lain di masyarakat dapat dibahas dengan bebas,’’ kata Funcke menegaskan. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement