REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST – Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban kembali menyerang Uni Eropa (UE) terkait propaganda LGBT. Ia menyebutnya dengan istilah "LGBTQ offensive". Ia menegaskan, pemerintahannya akan terus melindungi akar nilai-nilai Kristen.
‘’UE menolak warisan Kristen, menggantikan populasinya melalui migrasi dan melakukan ‘LGBTQ offensive’,’’ katanya dalam pidato panjang mengkritik kebijakan UE baik mengenai LGBT dan kebijakan politiknya, Sabtu (22/7/2023).
Memegang tampuk kepemimpinan sejak 2010, Orban meloloskan aturan pada 2021 yang isinya melarang penggunaan material yang tampak mempromosikan homoseksualita serta ganti kelamin di sekolah-sekolah Hungaria.
Komisi Eropa mengajukan anggotanya, Hungaria ke Court of Justice of the European Union terkait hukum yang ditetapkan pada 2021 yang dianggap Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sebagai hal yang memalukan.
Menurut dia, langkah ini perlu ditempuh untuk melindungi anak-anak dari propaganda LGBT. Kebijakan tersebut akhirnya melahirkan perbedaan pandangan dengan UE. Namun, Orban masih tetap pada pendiriannya mengenai LGBT ini, tetap menentang.
Belum lama ini, toko buku terbesar kedua di Hungaria, Lira didenda karena menjual buku bertemakan LGBT. Manajemen toko buku ini, Jumat (14/7/2023) memutuskan untuk menempuh jalur hukum karena mendapatkan denda yang cukup besar.
Pemerintah sehari sebelumnya menjatuhkan denda 12 juta forints atau 36 ribu dolar AS. Mereka menilai, Lira melanggar aturan dengan menjual novel grafis ‘’Heartstopper’’ karya penulis Inggris, Alice Oseman tanpa mengemasnya dalam plastik foil.
Penerapan nilai-nilai Kristen ....