REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Kamboja melakukan pemilihan umum untuk menentukan perdana menteri baru pada Ahad (23/7/2023). Hanya saja agenda politik ini memperpanjang dominasi politik partai yang berkuasa meski pemilu juga menandai berakhirnya pemerintahan salah satu perdana menteri terlama di dunia.
Kontes ini secara efektif adalah perlombaan satu kandidat yang diusung Partai Rakyat Kamboja (CPP) Perdana Menteri Hun Sen. Hun Sen diprediksi siap memberikan tongkat estafet kepemimpinan kepada putranya Hun Manet setelah memimpin Kamboja selama 38 tahun.
Hun Manet perlu memenangkan kursi Majelis Nasional untuk menjadi perdana menteri, yang kemungkinan besar akan didapatkannya usai pemilihan. Dia perlu merebut 125 kursi di parlemen.
Anak perdana menteri Kamboja itu mengenakan kemeja safari hijau, tersenyum, dan berswa foto dengan para pendukungnya setelah memberikan suaranya di ibu kota Phnom Penh di depan kerumunan media. Dia menolak mengomentari prospek menjadi perdana menteri dan mengatakan dia hanya menggunakan hak pilihnya.
Sedangkan Hun Sen memberikan suaranya di Provinsi Kandal. Dia mencium kertas suaranya sebelum mempostingnya dan berpose untuk difoto, tersenyum, dengan jari bernoda tinta.
Analis memperkirakan, transisi akan terjadi dalam jangka menengah, memberikan waktu bagi Hun Manet yang berusia 45 tahun untuk mendapatkan legitimasi dari publik dan elit politik. "Mentransfer kekuasaan saat dia masih sehat secara fisik dan mental memungkinkan Hun Sen untuk melindungi putranya dengan kuat dari setiap tantangan internal," kata peneliti di La Trobe University Gordon Conochie.
"Selama Hun Sen ada, tidak ada yang akan bergerak melawan Hun Manet," ujar penulis buku baru tentang demokrasi Kamboja.
Hun Manet telah memberikan sedikit wawancara media dan tidak ada petunjuk mengenai visinya untuk Kamboja dan 16 juta penduduknya. Dia memperoleh gelar master di New York University dan gelar doktor di Bristol University dengan keduanya di bidang ekonomi.
Sosok Hun Manet juga mengikuti akademi militer West Point. Keterlibatannya itu membantu naik pangkat militer Kamboja menjadi kepala tentara dan wakil komandan angkatan bersenjata.
Hun Manet menerima sambutan meriah pada rapat umum besar pada Jumat (21/7/2023). Dia menjanjikan pemungutan suara untuk masa depan yang cerah dan sejahtera dan memperingatkan upaya ekstremis yang tidak ditentukan untuk menghancurkan pemilihan.
Retorika itu menggemakan keputusan Hun Sen melawan oposisi pemerintah, termasuk mendiskualifikasi satu-satunya saingan CPP, yaitu Candlelight Party karena masalah teknis dokumen. Pihak berwenang juga melarang tokoh oposisi yang mengasingkan diri Sam Rainsy dan 16 sekutunya untuk memberikan suara dan bersaing dalam pemilu selama dua dekade. Ada 17 partai lain yang sebagian besar tidak jelas mencalonkan diri, tidak ada yang memenangkan kursi pada pemilihan terakhir pada 2018.