Ahad 23 Jul 2023 21:11 WIB

Perempuan Palestina Selamatkan Industri Perikanan di Gaza

Para nelayan Palestina dikejar oleh kapal perang Israel hampir setiap hari

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Nelayan Palestina melaut mencari ikan (ilustrasi)
Foto: EPA/Ali Ali
Nelayan Palestina melaut mencari ikan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Alih-alih menunggu suami yang seorang nelayan menyelesaikan harinya di lepas pantai Gaza, Mona Hneideq kini bekerja bersamanya. Ketika si suami menangkap ikan, dia membuat dan mengkreasikan hidangan lezat dari hasil tangkapan.

Hneideq bersama dengan 19 perempuan lain telah membuka Dapur Makanan Laut Istri Nelayan di dekat pelabuhan Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah. Para perempuan itu mendukung suami yang pekerjaannya di industri perikanan menghadapi pembatasan yang semakin ketat dari Israel.

Baca Juga

“Mereka pergi memancing di pagi hari, dan begitu mereka kembali, kami mengambil hasil tangkapan dan membuat hidangan berbeda berdasarkan pesanan pelanggan,” kata perempuan berusia 36 tahun itu dikutip dari Middle East Eye.

Hneideq menceritakan, para perempuan menyiapkan makanan, membungkusnya, kemudian mengirimkannya ke berbagai distrik di Jalur Gaza. "Kami melengkapi suami kami dan membantu mereka mengatasi tantangan," ujarnya.

Hneideq memutuskan untuk mendukung suaminya setelah 14 tahun menikah. Dia menyaksikan pasangannya itu berkali-kali hampir menyerah memancing.

"Dia merasa putus asa dan putus asa dalam banyak kesempatan, dan dia hampir menyerah pada profesinya. Dia dan rekan-rekan nelayannya dikejar oleh kapal perang Israel hampir setiap hari," ujar Hneideq.

Menurut pengakuan Hneideq, pasukan pendudukan melepaskan tembakan ke arah para nelayan Gaza. Kemudian pasukan pun mengancam akan menahan dengan menyita perahu dan membatasi zona penangkapan ikan secara teratur.

“Hal ini membuat penangkapan ikan terkadang tidak sepadan dengan usaha. Ada banyak hari ketika dia akan kembali ke rumah setelah seharian memancing tanpa menghasilkan apa-apa. Tapi ada juga hari-hari ketika dia menebusnya," ujar Hneideq.

Sebelum para perempuan Gaza memulai proyek pengolahan tangkapan,  suami mereka mengira proyek itu akan gagal. “Semua suami kami ragu, mereka memberi tahu kami bahwa itu akan gagal, terutama karena kami memulai proyek serupa pada 2021 dan kami menyerah beberapa pekan kemudian karena kami tidak menerima cukup pesanan,” kata Hneideq.

Kali ini mereka bekerja dengan baik...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement