REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan perjanjian Uni Eropa dengan Tunisia dapat menjadi model dengan negara lain. Saat ini Uni Eropa tengah kesulitan menahan gelombang imigran ilegal yang datang dari Laut Tengah.
Pekan lalu Uni Eropa dan Tunisia menandatangani kesepakatan "kerja sama strategis" yang mencakup memberantas penyelundupan manusia dan memperketat perbatasan. Eropa juga menjanjikan bantuan senilai 1,1 miliar dolar AS untuk membantu Tunisia yang mengalami krisis ekonomi dan menyelamatkan anggarannya.
"Kami ingin kesepakatan kami dengan Tunisia menjadi template. Sebuah cetak biru untuk masa depan. Untuk kemitraan kami dengan negara lain di kawasan," kata von der Leyen dalam konferensi pers di Roma, Ahad (23/7/2023).
Ia mengatakan Uni Eropa harus menawarkan jalur hukum untuk menerima imigran. Dibandingkan membiarkan mereka menempuh perjalanan laut yang berbahaya.
Kemitraan strategis baru akan menggabungkan pembangunan ekonomi, perdagangan dan investasi serta bidang-bidang lain yang menguntungkan kedua belah pihak seperti perubahan iklim dan energi terbarukan.
"Kawasan Laut Tengah sangat kaya sumber daya alam seperti matahari, angin dan daratan luas yang diabaikan. Anda memiliki potensi dan ambisi menjadi kekuatan energi global di dunia nol emisi," katanya, merujuk kemitraan hidrogen Eropa dengan Mesir dan Maroko