Senin 24 Jul 2023 11:10 WIB

Italia Bentuk Aliansi Baru untuk Tahan Imigrasi Ilegal

talia sedang berjuang untuk mengatasi jumlah migran ilegal yang tiba di beberapa area

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Negara-negara dari Mediterania, Timur Tengah, dan Afrika menyepakati langkah-langkah untuk mencoba memperlambat migrasi ilegal
Foto: EPA-EFE/FABIO FRUSTACI
Negara-negara dari Mediterania, Timur Tengah, dan Afrika menyepakati langkah-langkah untuk mencoba memperlambat migrasi ilegal

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA, -- Negara-negara dari Mediterania, Timur Tengah, dan Afrika menyepakati langkah-langkah untuk mencoba memperlambat migrasi ilegal pada Ahad (23/7/2023). Kesepakatan bernama Rome Process ini untuk mengatasi beberapa tekanan yang mendorong orang meninggalkan negaranya dan berusaha mencapai Eropa.

Aliansi ini terbentuk usai pertemuan satu hari yang dipimpin oleh Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni. Kesepakatan ini berkomitmen untuk menindak penyelundupan manusia dan meningkatkan kerja sama di bidang-bidang seperti energi terbarukan untuk memerangi perubahan iklim dan memperbaiki prospek negara-negara miskin.

Baca Juga

Peserta yang terdiri dari lebih dari 20 negara setuju untuk menyediakan dana untuk mendukung proyek-proyek pembangunan. Menurut Meloni, Rome Process akan menjadi program yang berlangsung selama beberapa tahun.

Perdana menteri Italia itu menyambut baik janji Uni Emirat Arab untuk menyediakan 100 juta dolar AS. Dia mengatakan, langkah selanjutnya adalah menyelenggarakan konferensi donor.

Meloni mengatakan, pemerintahnya terbuka untuk menerima lebih banyak orang melalui jalur hukum karena Eropa dan Italia membutuhkan imigran. Pernyataan ini  menjadi sinyal dia telah melunakkan retorika garis keras masa lalunya atas isu imigrasi.

Tapi, Meloni menegaskan, lebih banyak tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah para migran mencoba melakukan penyeberangan melalui Mediterania yang berbahaya dengan cara yang tidak sah. “Menghentikan jaringan perdagangan manusia adalah tujuan yang kita semua miliki bersama,” katanya.

Uni Eropa dan Tunisia merupakan titik keberangkatan utama bagi para migran. Mereka menandatangani kesepakatan kemitraan strategis" yang mencakup menindak perdagangan manusia dan memperketat perbatasan pada pekan lalu.

"Kami ingin kesepakatan kami dengan Tunisia menjadi template. Cetak biru untuk masa depan. Untuk kemitraan dengan negara lain di kawasan ini," kata ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada konferensi tersebut.

Sedangkan Paus Fransiskus meminta pemerintah Eropa dan Afrika untuk membantu para migran yang terperangkap di daerah gurun di Afrika utara. Dia meminta untuk memastikan bahwa Mediterania tidak pernah lagi menjadi pertunjukan kematian bagi mereka yang mencoba untuk menyeberang. Permintaan itu disampaikan kepada orang banyak di dekat Lapangan Santo Petrus pada Ahad.

Italia sedang berjuang untuk mengatasi jumlah migran ilegal yang tiba di beberapa area, seperti pulau Lampedusa yang jauh di selatan. Namun, negara ini juga memiliki populasi yang semakin menua dan menurun, sehingga membutuhkan pekerja tambahan untuk mendukung perekonomiannya.

Awal bulan ini, Italia berjanji untuk mengeluarkan 452 ribu visa kerja baru untuk warga negara non-Uni Eropa dari 2023 hingga 2025. Roma meningkatkan jumlah izin yang tersedia setiap tahun hingga 165 ribu pada 2025. Pada 2019, sebelum pandemi Covid-19 menyerang, Italia hanya mengeluarkan 30.850 visa.

Kedatangan para migran ke Italia melonjak tahun ini. Lebih dari 83 ribu orang datang ke darat sejauh ini dibandingkan dengan sekitar 34 ribu pada periode yang sama pada 2022.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement