REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN – Untuk ketiga kalinya dan kurang dari sepekan, Pemerintah Denmark membiarkan pembakaran Alquran. Pada Selasa (25/7/2023), lima pengunjuk rasa anti-Islam membakar Alquran di depan Kedubes Mesir di Kopenhagen.
Aksi pembakaran tersebut juga kembali dilakukan kelompok sayap kanan yang menyebut dirinya Danish Patriots. Mereka melakukan aksi serupa pada Senin (24/7/2023) dan pada Jumat (20/7/2023) di depan Kedubes Irak di Kopenhagen.
‘’Orang mengambil keuntungan dari diperluasnya kebebasan berekspresi ketika mereka berdemonstrasi,’’ kata profesor hukum dari University of Copenhagen, Trine Baumbach menjelaskan hukum yang berlaku di Denmark.
Menurut dia, ini bukan hanya ekspresi verbal. Namun, masyarakat juga bisa mengekspresikan diri mereka dalam beragam cara seperti membakar sesuatu. Selain di Denmark, dua kali aksi pembakaran Alquran terjadi di Swedia.
Denmark dan Swedia menyayangkan pembakaran Alquran tetapi berdalih tak bisa mencegahnya karena pengunjuk rasa dilindungi aturan kebebasan berekspresi. Inilah yang kemudian mendapatkan kecaman dari negara-negara Muslim.
Pada Senin, Kementerian Luar Negeri Irak meminta negara-negara Eropa mengkaji ulang mengenai kebebasan berekspresi ini yang dianggap sudah kelewatan. ‘’Mestinya mereka secepatnya merenungkan kembali soal kebebesan berekspresi ini.’’
Termasuk hak berunjuk rasa untuk membakar Alquran dan kitab suci agama lainnya. Turki juga melayangkan kecamannya yang menganggapnya sebuah serangan terhadap Alquran dan mendesak Denmark mencegah kebencian terhadap Islam.
Pemerintah Denmark meresponsnya dengan mengutuk pembakaran itu sebagai tindakan provokatif dan memalukan. Namun, lagi-lagi mereka menyatakan tak memiliki kuasa untuk mengeblok para demonstran yang tak melakukan kekerasan itu.
Mesir memanggil kuasa usaha Denmark untuk mengutuk pembakaran Alquran. Demikian diungkapkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir, Selasa. Ini merepons pembakaran Alauran yang dilakukan lima aktivisi anti-Islam di depan Kedubes Mesir di Kopenhagen.
Pemerintah Mesir menyampaikan kepada kuasa usaha,’’Mengutuk keras dan sepenuhnya menolak aksi tersebut. Sangat disayangkan insiden ini terjadi berulang, mereka membakar kitab suci Alquran,’’ demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir.