Rabu 26 Jul 2023 09:41 WIB

Oposisi Desak Pemerintah Swedia Tanggung Jawab Atasi Krisis Akibat Pembakaran Alquran

Swedia memiliki kewajiban mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukannya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
 Partai oposisi sayap kiri Swedia, Sosial Demokrat, telah menuntut pemerintah Swedia menggelar pertemuan parlemen darurat untuk membahas aksi pembakaran Alquran
Foto:

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga sudah menyatakan mengutuk pembakaran Alquran di Swedia. Sementara itu Al-Azhar sebagai salah satu institusi pendidikan Islam paling prestise telah menyerukan untuk memboikot produk-produk Swedia.

Pada 20 Juli 2023 lalu, ratusan warga Irak menyerbu gedung Kedubes Swedia di Baghdad. Mereka pun melakukan pembakaran di area kedutaan. Aksi tersebut merupakan bentuk protes mereka atas aksi pembakaran Alquran yang terjadi di Swedia bulan lalu. Tak ada staf Kedubes Swedia yang terluka akibat kejadian tersebut. Sebab saat penggerudukan terjadi, gedung kedutaan dalam posisi kosong.

Pada 28 Juni 2023 lalu, seorang imigran Irak bernama Salwan Momika melakukan aksi perobekan dan pembakaran Alquran di depan Masjid Raya Sodermalm, Stockholm, Swedia. Aksi tersebut dilakukan saat umat Muslim di sana merayakan Idul Adha. Momika memperoleh izin dari otoritas Swedia untuk melaksanakan aksinya karena dianggap sebagai bentuk kebebasan berbicara.

Pekan lalu, Momika kembali melakukan aksi penodaan Alquran, yakni dengan menginjak-injaknya. Aksi itu dilakukannya di dekat gedung Kedubes Irak di Stockholm. Dalam sebuah wawancara dengan majalah Prancis, Marianne, Momika membela aksi pembakaran Alquran olehnya.

Momika menyebut aksi itu dimaksudkan untuk menyoroti diskriminasi terhadap kelompok minoritas di Irak. “Saya akan terus membakar Alquran selama saya diizinkan secara hukum,” ujarnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement