REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Keputusan India melarang ekspor beras jenis tertentu memicu kepanikan pembelian di beberapa negara. Sejumlah video di media sosial memperlihatkan kantong-kantong beras di rak-rak toko pangan kosong dan antrean panjang di luar toko kelontong.
Dari AS, Kanada, dan Australia kabar tersebut menjadi viral. Sejumlah toko menerapkan pembatasan pembelian, sedangkan yang lainnya menaikkan harga untuk meraup keuntungan berlimpah. Restoran India khawatir pasokan beras tak mencukupi.
"Dalam beberapa hari ini, orang mulai membeli mungkin dua kali dibandingkan biasanya. Maka, kami menerapkan pembatasan,’’ kata Shishir Shaima, manajer MGM Spices, toko kelontong India di Surry Hills in Australia, seperti dilansir laman Straits Times, Selasa (25/7/2023).
Ia hanya mengizinkan pelanggannya masing-masing membeli satu kantong berisi 5 kg beras. "Ada yang tetap hendak membeli lebih dari itu, tetapi kami tetap tak mengizinkan setiap orang hanya satu kantong berisi 5 kg beras," kata Shaima.
Di AS, beberapa orang tertangkap video kalap melakukan pembelian beras. Bloomberg yang dikutip Straits Times menyatakan tak dapat secara independen memverifikasi keaslian video itu. Toko-toko kelontong Asia Selatan di Toronto, Kanada pun melakukan pembatasan.
Govindasamy Jayabalan, presiden Malaysian Indian Restaurant Owners Association mengantisipasi kekurangan pasokan beras dan naiknya ongkos pembuatan makanan berbahan beras, misalnya, thosai dan rice vermicelli.
"Kami sangat mengkhawatirkan hal itu. Mayoritas pelanggan restoran kami berasal dari kelompok berpenghasilan rendah. Bukannya kami ingin menaikkan harga makanan tetapi saat ini kami berada dalam situasi sulit," katanya.
Selama ini, India mengekspor beras ke lebih dari 140 negara. Pembeli utama beras non-basmati dari India di antaranya Benin, Bangladesh, Angola, Kamerun, Djibouti, Guinea, Pantai Gading, Kenya, dan Nepal. Iran, Irak, dan Arab Saudi membeli beras basmati premium dari India.
India berkontribusi 40 persen....