Kamis 27 Jul 2023 11:31 WIB

Inggris Selidiki Obat Penurun Berat Badan karena Timbulkan Efek Ingin Bunuh Diri

Beberapa pasien yang mempunyai pikiran untuk bunuh diri setelah minum Novo Nordisk

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Inggris meninjau obat penurun berat badan dari Novo Nordisk karena memiliki efek samping yang berbahaya.
Foto: EPA-EFE/Ida Marie Odgaard DENMARK OUT
Inggris meninjau obat penurun berat badan dari Novo Nordisk karena memiliki efek samping yang berbahaya.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris meninjau obat penurun berat badan dari Novo Nordisk karena memiliki efek samping yang berbahaya. Penyelidikan dilakukan setelah ada laporan dari beberapa pasien yang mempunyai pikiran untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri setelah mengonsumsi obat tersebut.

Badan Regulasi Obat-obatan dan Produk Kesehatan (MHRA) pada Selasa (25/7/2023) malam, mengatakan pihaknya sedang meninjau data keamanan pada kelas obat yang dikenal sebagai agonis reseptor GLP-1. Ini termasuk Novo's Ozempic, yang mengandung bahan aktif semaglutide dan disetujui untuk mengobati diabetes tipe 2.

Obat lain yang ditinjau adalah Novo's Saxenda, yang mengandung bahan aktif liraglutide dan disetujui sebagai pengobatan penurunan berat badan.  Saxenda adalah obat GLP-1 Novo yang lebih tua dan memiliki keefektifan lebih rendah daripada pengobatan obesitas Wegovy yang lebih baru, yang mengandung semaglutide.

Novo mengatakan, pihaknya telah menerima permintaan dari MHRA pada Senin (24/7/2023) tentang peninjauan terhadap potensi pemikiran bunuh diri dan menyakiti diri sendiri terkait dengan  obat-obatan GLP-1.

"Peninjauan sedang berlangsung dan tanggapan akan diberikan dalam batas waktu yang diminta," kata Navo dalam sebuah pernyataan.

MHRA mengatakan, obat GLP-1 AstraZeneca untuk diabetes tipe 2, yang disebut exenatide dan dipasarkan sebagai Bydureon, juga dimasukkan dalam tinjauan.  AstraZeneca tidak segera menanggapi permintaan komentar.

MHRA mengatakan, dua obat GLP-1 lainnya yaitu lixisenatide Sanofi dan dulaglutide Eli Lilly juga masuk dalam peninjauan. Sanofi mengatakan kepada Reuters bahwa MHRA sedang melakukan peninjauan.

"Kami bekerja dengan MHRA.  Sanofi mengonfirmasi bahwa sistem pemantauan keselamatan pasien dan farmakovigilans berkelanjutan kami belum mengidentifikasi masalah keamanan apa pun," ujar pernyataan Sanofi.

Agonis reseptor GLP-1 awalnya dikembangkan untuk mengobati diabetes tipe 2.  Mereka meniru hormon usus yang menekan nafsu makan, dan meningkatkan rasa kenyang.

MHRA mengatakan, peninjauan dimulai pada 12 Juli. Badan tersebut mengatakan tidak dapat menentukan kapan peninjauan itu akan selesai atau apa hasilnya. Peninjauan akan mempertimbangkan data keamanan termasuk reaksi obat yang merugikan, yang dilaporkan oleh pasien dan dokter ke MHRA dan regulator obat lain yang tidak disebutkan namanya.

Antara 2020 dan 6 Juli tahun ini, MHRA menerima lima laporan dugaan reaksi obat yang merugikan yang melibatkan semaglutide terkait dengan "perilaku bunuh diri dan melukai diri sendiri", melalui skema Kartu Kuning untuk mengumpulkan dan memantau masalah keamanan seperti efek samping dari obat-obatan. Antara 2010 dan 6 Juli tahun ini, MHRA menerima 12 dugaan reaksi obat merugikan yang melibatkan liraglutide yang juga terkait dengan perilaku bunuh diri dan melukai diri sendiri.

"Keselamatan pasien adalah prioritas utama kami. Kami akan dengan hati-hati mempertimbangkan semua bukti yang tersedia dan mengomunikasikan saran lebih lanjut kepada pasien dan profesional kesehatan yang sesuai," kata Dr Alison Cave, kepala petugas keselamatan MHRA.

Pada 2021, MHRA menyetujui obat perawatan penurunan berat badan oleh Novo's Wegovy. Tetapi obat tersebut belum diluncurkan di Inggris.  Novo telah menunda memperkenalkan obat di sebagian besar Eropa untuk memprioritaskan pasokan ke Amerika Serikat, karena permintaan telah melonjak sejak diluncurkan dua tahun lalu.

Konsumsi obat ini menyebabkan penurunan berat badan rata-rata sekitar 15 persen, bersamaan dengan perubahan pola makan dan olahraga. European Medicines Agency (EMA) awal bulan ini telah mulai menyelidiki obat GLP-1 setelah regulator kesehatan Islandia menandai tiga kasus pasien yang berpikir untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri. Mereka juga menyelidiki obat GLP-1 untuk kemungkinan risiko kanker tiroid.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement