REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa prospek Ukraina untuk bergabung ke dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) adalah "ancaman mendasar" bagi keamanan Rusia. Saat berbicara dengan para pemimpin Afrika di St Petersburg, Jumat (28/7/2023), Putin mengatakan kemajuan infrastruktur militer aliansi itu "tidak dapat diterima."
Putin juga menekankan pada nasib negara-negara yang dilanda konflik, termasuk Irak, Libya, dan Suriah, yang menurutnya telah dinyatakan sebagai lawan oleh negara-negara anggota NATO. "Selama bertahun-tahun, (Barat) telah mempersiapkan perang hibrida dengan negara kita, melakukan segala upaya untuk mengubah Ukraina menjadi alat untuk mengacaukan fondasi keamanan Federasi Rusia, merusak posisi Rusia di dunia dan merusak kenegaraan kita," katanya.
Putin mengatakan perkembangan militer Ukraina mencapai puncaknya pada 2014 ketika negara-negara Barat mendukung kudeta bersenjata dan berdarah di Ukraina yang inkonstitusional.
Saat itu, mantan presiden Ukraina Viktor Yanukovych, yang pro-Rusia, digulingkan rakyat karena keputusannya menolak bergabung dengan pakta perdagangan Uni Eropa.
"(Barat) mengabaikan semua norma hukum internasional dan secara langsung, secara terbuka mengatakan bahwa mereka mensponsori kudeta ini, bahkan menyebut jumlah uang yang mereka habiskan untuk itu," kata Putin.
Putin juga kembali mengingatkan tentang Deklarasi Kemerdekaan Ukraina, yang mencakup klausul tentang status negara tersebut sebagai negara netral.
"Dalam deklarasi itu, tertulis bahwa Ukraina adalah negara netral, dan ini sangat penting bagi kami," tegasnya.