REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kementerian Pertahanan Cina mengatakan pengiriman kapal dan pesawat sejumlah negara ke Laut Cina Selatan dan Timur 'menunjukkan kepentingan pasukan militer mereka sendiri'. Cina tidak mengungkapkan nama negaranya.
Pernyataan mengenai laporan pertahanan Jepang yang menyebut Cina sebagai ancaman, juru bicara Kementerian Pertahanan Cina Tan Kefei mengatakan langkah tersebut memperparah ketegangan di kawasan. Meski situasi di Laut Cina Selatan dan Timur secara umum sudah tidak stabil.
Tan mengatakan proyeksi pertahanan tahunan Jepang 'salah persepsi' pada Cina. "(Dan) dengan sengaja memperparahnya dengan menyebut ancaman militer Cina," kata Tan, Senin (31/7/2023).
Ia mengatakan perwakilan Cina sudah mengajukan protes keras ke Tokyo untuk mengungkapkan keberatan atas laporan tersebut. Ia juga menegaskan Jepang terus mengintervensi urusan dalam negeri Cina, melanggar norma hubungan internasional, merusak fondasi hubungan Cina-Jepang dan memperburuk situasi di Selat Taiwan.
Pekan lalu Jepang merilis laporan pertahanan tahunan yang mengungkapkan asesmen suram mengenai ancaman ambisi teritorial Cina, kemitraan keamanannya dengan Rusia dan Korea Utara.
Laporan yang sama tahun lalu menyebutkan serangan Rusia ke Ukraina sebagai 'pelanggaran serius hukum internasional' dan menaikkan kecemasan penggunaan kekuatan dalam mengatasi sengketa di Taiwan yang Cina anggap bagian dari wilayahnya.
Bulan Desember lalu Jepang mengumumkan melipatgandakan anggaran pertahanannya selama lima tahun kedepan. Jepang hendak membangun kekuatan militer terbesarnya sejak Perang Dunia II.
"Kerja sama Cina-Rusia di bidang pertahanan berdasarkan tanpa-aliansi, tanpa-konfrontasi, dan tanpa-mengincar pihak ketiga, dan berkomitmen untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan dan di dunia, tanpa memberlakukan ancaman terhadap negara manapun," kata Tan.