REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kremlin mengatakan, pada Senin (31/7/2023), pihaknya perlu mengetahui tujuan dari pembicaraan perdamaian mendatang yang dilaporkan direncanakan di Arab Saudi. Kepala Staf Kepresidenan Ukraina Andriy Yermak mengonfirmasi kegiatan tersebut.
Saudi akan mengundang negara-negara Barat, Ukraina, dan negara-negara berkembang utama ke dalam pembicaraan tersebut. Laporan yang pertama kali disampaikan oleh Wall Street Journal ini menyatakan, Ukraina dan negara-negara Barat akan mengecualikan Rusia dalam pertemuan yang dapat mengarah pada dukungan internasional untuk perdamaian yang mendukung Ukraina.
"Tentu saja, Rusia akan mengikuti pertemuan ini. Kita perlu memahami tujuan apa yang ditetapkan dan apa yang akan dibahas. Setiap upaya untuk mempromosikan penyelesaian damai patut mendapat evaluasi positif," ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Tapi, Peskov menyatakan kembali posisi Moskow yang menilai saat ini tidak ada alasan untuk pembicaraan damai dengan Kiev. "Rezim Kiev tidak menginginkan dan tidak bisa menginginkan perdamaian, selama itu digunakan secara eksklusif sebagai alat dalam perang kolektif Barat dengan Rusia," katanya dalam panggilan telepon dengan wartawan.
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) sebelumnya telah menyatakan kesiapan untuk menjadi penengah dalam konflik tersebut. Meski negara-negara Arab sebagian besar tetap netral sejak Rusia melancarkan perang di Ukraina pada Februari 2022. Posisi ini diambil sebagian karena hubungan militer dan ekonomi dengan Moskow.
Saudi juga mempertahankan hubungan dekat dengan Rusia sebagai bagian dari grup OPEC+. Pemotongan produksi minyak organisasi, bahkan ketika perang di Ukraina meningkatkan harga energi, telah membuat marah Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan anggota parlemen negara itu.